Shofwan Karim, International Visitor Leadership Program (IVLP) Grassroots Democracy, 2005 in USA. Living in peace and harmony within diversity and multi cultural society.
Istri Dubes RI Promosi Islam Moderat ke Istri Para Anggota Kongres
Washington DC - Dunia Barat cenderung memandang Islam sebagai entitas tunggal. Sayangnya, citra Islam di mata mereka buruk lantaran seringnya terjadi kekerasan atas nama Islam. Padahal mayoritas muslim adalah pecinta damai sebagaimana antara lain ditunjukkan oleh komunitas muslim di Indonesia.
Oleh karena itu, tidak seyogyanya tindakan terorisme diidentikkan dengan agama tertentu. Hal ini disampaikan oleh Resh...
(Tulisan ini sudah dipublikasikan Koran Harian Singgalang, Mei 2005)
Harian Umum Independen SINGGALANG :
Penodaan Alqur’an Menyakitkan Muslim Amerika
Oleh Shofwan Karim (Ketua PWM Sumbar,International Visitor Leadership Progam, 2005)
Sejak 9 Mei lalu dunia heboh oleh kasus penghinaan al-Qur’an yang dimuat Newsweek. Demonstrasi terjadi di berbagai negara dunia, termasuk Indonesia. Bahkan sebuah Partai di Indonesia meminta SBY untuk meninjau kunjungannya ke Washington, DC pekan akhir Mei ini. Heboh soal ini menjadi isi yang hangat di semua media di sini bahkan CNN tiap jam menyiarkannya.
Meskipun Newsweek telah menarik berita itu dan pemerintah telah melakukan proses hukum terhadap pelaku, tetapi hal itu belum menyembuhkan kepedihan hati seluruh warga Amerika yang muslim. Hanya saja mereka sangat hati-hati didalam menanggapinya. Di Huntsville, Alabama, kemarin lalu di Masjid Tauhid kami melakukan diskusi tentang grassroots democracy. Tak ayal, meski tidak langsung terkait, ada pembicaraan ke sana. Sama dengan email Syamsi Ali dari New York yang dikutip berbagai miling list, di sini umat Islam cukup hati-hati juga.
Di kota berpenduduk 190 ribu orang ini, ada empat komunitas organisasi Muslim. Menurut Bobby Blockum, ada 4 masjid di kota ini. Secara filosofis, mereka terafiliasi kepada Sunni, Syi’i, W Deen Muhammad dan Louis Farakhan. Rubina Khan, aktivis Islamic Council Huntsville, mengajak umat Islam di Huntsville untuk melakukan aktivitas bersama yang lebih intensif lagi. Selama ini kita terlalu sibuk dengan komunitas masing-masing, katanya. Hal itu disambut Bobby yang memeluk Islam sejak usia 25 pada tahun 1969 .
Imam Masjid Tauhid ini sejak menyelesaikan Doktornya dalam Kimia di New York Univerity mengabdi sebagai dosen di Alabama A&M University, mempunyai laboratorium yang bersatu dengan Masjid Tauhid ini, 5 menit dengan mobil dari Kampusnya. Menurut Imam yang bernama Muslim Razi Hasan ini, kurangnya interaksi antara kelompok karena masing-masing sibuk dengan profesi masing-masing. Sisa waktu itu hanya terbagi kepada pembinaan komunitas sendiri.
Di Amerika, menurut Hasan, di antara 280 juta warga, sekitar 38 juta adalah berkulit hitam. Di sini kata berkulit hitam tidak populer. Diganti dengan sebutan African- American. Dari jumlah itu 5 juta pemeluk Islam. Selebihnya, di antara hampir 10 (sepuluh juta) umat Islam datang dari Arab, Indonesia, Pakistan, Malaysia, Indonesia, Cina dan lainnya. Kedatangan kami yang telah dibagi menjadi Tim Alabama dari 17 negara (17 orang) menjadi 5 orang, Indonesia, Kamerun, Uganda, Tanzania dan Pilipina telah mendapat sambutan hangat oleh berbagai komunitas di sini.
Kalangan Muslim menyambut dengan dua acara, makan malam dan diskusi bersama. Kalangan Kristen mengajak resepsi dan makan siang. Kalangan antar agama: Muslim, Kristen dan tokoh Dewan Kota melakukan diskusi dan makan malam bersama. Himpunan antar agama (Interfaith Mission Service) ini memperjuangkan kepentingan masing-masing agama kepada pemerintah.
Misalnya dulu ada aturan bahwa untuk foto di SIM (surat mengemudi) wanita Muslim tidak boleh pakai jilbab. Hal itu bersama mereka perjuangkan. Kini, wanita Muslim bebas, bukan saja untuk kantor, sekolah dan sebagainya, tetapi juga foto untuk SIM. Di tengah keluhan, juga ada kegembiraan. Bebas beragama dan melaksanakan ajarannya. *** shofwan.karim@hotmail.com
Harian Independen SINGGALANG (10): Otonomi dan Perjuangan Pribumi Indian Oleh Shofwan Karim, Ketua PWM Sumbar, International Visitor Leadership Program, 2005 Kanan ke kiri, Olga (Balaruz, Eropa Timur), Cathy (South Africa) Sabagala ( Uganda ), Shofwan (Indonesia), Gillbert Sanchechez, Indian Amerika, Theo (Kamerun), Denis (Kamerun), Khalid (Palestine). Franklin Quijano, (Filipina) tak kelihatan. (Photo: Franklin Quijano) . Kemarin, Kamis (19/5/2005) kami berkunjung ke Komunitas Indigenous (Pribumi) Indian Amerika di Pueblo. Komunitas berjarak 30 menit bermobil dari Santa Fe, ibukota New Mexico itu di hampari dataran tinggi gersang dengan flora seperti cemara yang tumbuh tidak merata. Komunitas berpenduduk pada awal abad ini (1904) hanya 92 orang itu kini sudah seribu orang. Pueblo mendapat otonomi khusus dari negara. Pemimpin tertinggi, secara bersama mereka pilih...
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh3blZjYgKoON-QGt07mdm2EwHP-Iv5cHnIgaYeqN0c-VfpIUCCqtXEBnKT9kByH7xJIyIVJAlEiRaL-ysuQ7SFrXExEKsvAyS1p-qfc5oKDYSgDW3Xk32Wvu03zenYBUbaFolxnJkXC1o55iDezzyUeH2vol9Jf5OPDXRaZLwkA17MwY_a3klkfA Qodari menceritakan alasannya mengajukan ide tiga periode beberapa tahun lalu. Ia mengatakan usulan tersebut dilontarkan untuk meredam polarisasi politik yang membelah masyarakat. "Teori saya adalah, (polarisasi) itu cuma bisa dicegah dengan cara paslon tunggal melawan kotak kosong," kata Qodari saat wawancara dengan Wahyu Muryadi atau Om Why dalam program 'Pergulatan Politik' (Gultik) yang diadakan Katadata.co.id seperti ditulis pada Sabtu (2/12). Qodari mengaku pesimistis kesepakatan antar elite bisa menyelesaikan polarisasi di tengah masyarakat. "Itu cuma bisa dicegah dengan cara paslon tunggal melawan kotak kosong," katanya. Alasan lainnya, Qodari menilai kesempatan yang diberikan kepada presiden untuk membangun Indonesia...
Prof Dr H Sufyarma Marsidin, M.Pd. (Internet) Sufyarma Sahabat Abadi: Ligat, Liek, Tegas dan Santun Oleh Shofwan Karim “Gajah mewariskan gading, harimau mewariskan belang, manusia mewariskan nama. Sahabatku Sufyarma abadi dalam ligat, liek, tegas dan santun” Tiba-tiba saja saya sadar. Pada 09 Februari 2024 ini Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin, M.Pd bermilad ke-70. Seorang teman saya yang insya Allah abadi dalam persahabatan. Setelah melalui pencarian yang panjang menyesuaikan dengan hari dan kalender hijriah, ternyata saya lahir hari Ahad 17 Juni 1951 bertepatan dengan 12 Ramadhan 1370. Walaupun dalam KTP dan dokumen resmi tercatat 12 Desember 1952. Artinya usia saya terpaut 3 tahun dari beliau. Persahabatan kami berkelindan dalam rajutan keikhlasan dalam kebersamaan. Setelah lama tak satu “kapal pesiar” kehidupan, sekarang kami bersama lagi sebagai anggota Tim Ahli-Dewan Pakar DPRD Provinsi Sumatera Barat dengan beberapa pakar lain da...
Comments