Masjid Sentral Landmark Kota
Surat Shofwan Karim dari London
(8):
Masjid Sentral Landmark Kota
Sahabatku
Bagindo H. Darlis, Cucu Magek Dirih Sutan Zaili, Hasril Chaniago dan Eko Yance.
Hari Jum’at (30/7/2004) kami ke Masjid
Sentral London dan Pusat Kebudayaan Islam atau tertulis London Central Mosque
and Islamic Cultural Centre. Ini kali ketiga saya berkunjung ke masjid ini
setelah Oktober 1994 dan September 1996.
Msjid
ini dengan mudah dijumpai. Apalagi
ada tertera di dalam peta kota megapolitan London. Masjid ini menjadi salah satu landmark
bagi kota ini. Masjid yang terletak di sudut Regent Park itu tidak ada
perubahan sejak sepuluh dan delapan tahun lalu. Kecuali di sepanjang dinding
dalamnya. Dulu di situ dinding tanpa pajangan apa-apa dan bersih . Sekarang berjejer secara rapi lemari buku dan
kitab. Dulu buku-buku itu terletak di ruangan setelah pintu masuk. Kemudian di
bagian yang tidak ada lemari buku ada kursi berjejer dan ada yang disusun
berlapis di atasnya.
Buku-buku
itu tentu saja tidak untuk pajangan. Saya lihat banyak jamaah yang membaca. Ada
yang yang mengembangkan Qur’an , ada pula buku lain. Kursi itu rupanya untuk
duduk jamaah juga. Mereka yang tidak bisa duduk di lantai. Mungkin karena
rematik atau karena uzur lainnya. Mereka
menarik kursi itu dan duduk di situ menghadap kiblat. Ada yang sholat
duduk di kursi ada pula yang membaca.Itu semua tidak saya lihat pada kunjungan
saya terdahulu. Waktu itu, ruangan dalam masjid memang bersih dan hanya ada
jamaah yang khusuk dan hening. Sekarang bahkan ada yang saya lihat
tidur-tiduran ada yang benar-benar terbaring nyenyak. Mungknkah karena
perbedaan musim. Dulu saya ke sini di musim gugur dan udara lebih dingin.
Sekarang musim panas, agak gerah. Saya luput menanyakan hal itu.
Ketika
tadi memasuki halaman depan, saya didatangi satpam dengan pakain uniform.
Namanya Ahmad. Katanya, untuk handycam dan kamera photografi, anda boleh shooting dan jepret di luar saja. Di dalam masjid, setelah
sholat, saya tidak tahan untuk menshooting dengan handycam. Baru saja beberapa
detik datang seseorang. Ia menegur dengan sopan. Alasannya ada orang yang tidak
suka kalau dirinya dijepret dan dishooting. Tentu saja saya patuhi. Tetapi saya
menahannya, jangan pergi dan mintanya duduk di samping saya.
Adam dan Dior di Trafalgar Square London, Agustus 2004 |
Dengan
nada suara yang lunak kami berdisikusi singkat. Pertanyaan pendek pertama saya
adalah tentang berdirinya masjid ini. Menurut Murad, masjid ini berdiri awal
tahun 1970-an. Saya heran, mengapa Walikota London waktu itu mengizinkan tempat
ibadah di lokasi yang amat strategis ini. Tempat ini di terletak di jantung kota London dan di sudut Regent Park yang
amat luas itu.
Regent Park ini merupakan salah satu saja dengan
banyak taman yang tidak semuanya saya hafal. Saya hafal dua yang lain yaitu Green Park dan Hyde
Park.Untuk taman yang kedua tadi adalah lapangan luas tempat para warga Inggris
berpidato bebas memaki-maki pemerintahnya atau lembaga yang dia kritik
habis-habisan. Ditambah lagi baru-baru ini di seberang tempat makian,
menyeberang danau butan, dibangun Lady Diana Memorial Fountain. Di tengahnya ada air mancur yang mencurat. Tak ada
yang isitimewa pada yang terakhir inu.
Di Regent Park, ada taman bunga di dalamnya. Disitu juga ada
danau. Apa danau buatan atau asli, saya tidak tahu. Di danau itu ada
sampan-sampan untuk dikayuh pengunjung
dengan sewa 2 pound perjam. Burung unggas seperti itik dan angsa agak lumayan
jumlahnya. Tetapi tidak sebanyak yang saya lihat dulu. Begitu pula di
Trafalgar Square. Tidak lagi dipenuhi
ribuan merpati. Hal itu saya tanyakan ke Pak Eddy Pratomo. Katanya sejak adanya
ancaman flu burung, unggas itu sempat dihabiskan. Jadi populasi yang sedikit
sekarang itu, akibat flu burung tadi.
Seperti umumya
setiap taman di London, di bagian lain di dalam Regent, ada taman bunga, ada
taman tempat orang berjemur, tempat duduk-duduk. Di sayap lain taman Regent ini ada kebun binatang. Luar bisa luas
keseluruhan taman ini. Lebih dari itu, saya heran tidak ada tempat
ibadah lain yan menempel dengan taman itu. Meskipun ada jalan yang membatasi
sehingga Masjid tidak terletak di dalam taman.
Murad menjawab
keheranan saya tadi. Rupanya ada konpensasinya. Pada saat yang sama dulunya
itu, pemerintah Republik Arab Mesir telah memberikan pula lokasi untuk dibangun
sebuah gereja di tempat yang strategis di Cairo. Jadi jangan disangka gratis dan
penuh kerelaan, katanya. Lalu saya tanyakan pula berapa jumlah Masjid di London
sekarang.
Dia tidak bisa
memberikan angka yang pasti. Ketika saya katakan angka lima puluh, ia
menggeleng. Lebih dari itu, katanya . Angka lima puluh ini saya dapatkan dulu
tahun 1994. Ketika itu saya berkunjung ke Muslim College dipimpin Sheikh Dr.
Zaki Badawi di bagian lain kota London. Menurut ketua imam-imam masjid di
london tersebut, waktu itu ada sekitar 50 masjid di kota megapolitan ini.
Mengaku
berasal dari salah satu negara di Afrika, Murad mengatakan bahwa sekarang
penganut Islam di Kerajaan Inggris semakin banyak. Mungkin karena kedatangan
para imigran dari negeri-negeri muslim, kata saya. Tidak, kata pria yang sudah
16 tahun mukim di sini tadi. Warga Inggris aslipun makin banyak yang memeluk Islam, katanya.
Pernyataan
Murad, pada waktu lain dibenarkan oleh
Pribadi Santoso, bagian penerangan KBRI. Di Inggris ada 3 sampai 5 orang pemeluk Islam baru. Itu bukan orang
imigran tetapi orang kulit putih dan hitam yang tidakberagama atau bergama lain
sebelumnya, kata Pribadi. Tetapi Murad waktu itu melanjutkan. Keadaan itu juga
menimbulkan masalah. Di antaranya , masih ada warga lainnya di Inggris yang sangat tidak suka. Masih ada yang diskrimintaif dan rasis atau
membeda-bedakan asal usul dan warna kulit. Walaupun secara resmi sikap itu sangat dilarangdan bertentangan hukum.
Bagaimana dengan hak mendapatkan pekerjaan ? Tanya saya. Itu tidak
dibedakan, tergantung kepada kemampuan kita dan perosedurnya. ***
Comments