Posts

Showing posts from 2007

Hambatan-Hambatan dalam Dialog Antar-Agama

Hambatan-Hambatan dalam Dialog Antar-Agama Oct 5, '07 2:00 PM for everyone Oleh Hassan Hanafi ABSTRAK Agama dinamis, lawan dari agama statis, adalah konsep keagamaan yang bersifat liberal, spiritual, modernis, moral, internal, individual dan manusiawi, dan hasil dari pengalaman religius mendalam yang datang dari kedalaman hati manusia. Kredo, ritual, hukum, kesucian, institusi, sejarah adalah konsep sekunder dalam agama dinamis yang tidak bisa mengantarkan orang pada dialog agama.  Sebaliknya, transendensi membebaskan pikiran manusia dari dogmatisme, fiksasi, pendewaan dan materialisme. Ia merupakan sebagai sebuah konsep metafisik, kode etik universal, norma perilaku, dan sebuah nilai untuk dikuasai. Ia sama dengan bukti rasional, dengan kecenderungan umat manusia untuk selalu mencari yang melampaui. Dalam yang universal, semua yang partikular bertemu.  Transendensi melindungi persamaan semua orang, budaya dan agama.+++KERJASAMA antarkeyakinan dimungkinkan mela
Islam di Minangkabau dan Beberapa Isyu Aktual [1] Oleh Shofwan Karim [2] I. Introduksi Wilayah kultural Minangkabau yang meliputi wilayah Administrasi Pemerintahan Sumatra Barat adalah Provinsi di sebelah Barat bagian tengah Sumatera. Provinsi ini berbatasan dengan sebelah Selatan dengan Provinsi Bengkulu, sebelah Barat dengan lautan Hindia, sebelah Utara dengan Provinsi Sumatra Utara dan sebelah Timur dengan Provinsi Riau dan Jambi. Penduduknya sekarang 4,5 juta orang. Mata pencaharian pokok atau ekonomi berdasarkan perdagangan, small business, usaha kecil dan menengah, pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Budaya Minangkabau yang berintikan Adat Minangkabau menganut sistem kekerabatan menurut garis keturunan ibu atau matrilinial line. Kehidupan sosial dan keluarga diatur di dalam tatanan kesukuan yang berdasarkan dua kelarasan utama : Bodi Caniago dan Koto Piliang yang kemudian masing-masing kelarasan itu berkembang ke dalam berbagai suku. Setelah Islam masuk beberapa abad lalu, aga

Toleransi dan Hari Libur Nasional

Toleransi dan Hari Libur Nasional Oleh Shofwan Karim (Dosen FU IAIN IB Padang, Rektor UMSB dan Ketua PWM Sumbar 2000-2005) Pada tahun lalu (2006) Indonesia paling banyak memiliki hari libur umum atau hari libur nasional di antara 4 negara utama di kawasan regional ini. Berdasarkan catatan Marek Bialoglowy's Blog (http://bialoglowy.blogspot.com/2006/01/happy-new-year-2006-from-indonesia.html), Indonesia memiliki hari libur umum (17 hari). Bandingkan dengan Malaysia (14 hari), Singapura (12 hari) dan Australia (8 hari). Angka nominal 17 hari libur umum tahun lalu itu di Indonesia lebih banyak dari tiga negara tetangga lainnya, disebabkan ada istilah cuti bersama. Cuti bersama yaitu hari libur yang diatur mendahului atau sesudah beberapa hari dari hari yang sebenarnya libur. Bila cuti bersama ini tidak dihitung, maka Malaysia (14 hari) lebih banyak hitungannya. Kecuali Australia, hanya menempatkan Hari Natal sebagai hari libur umum yang berdasarkan kalender agama, maka