Surat dari Kairo, Mesir (1): Hifzi, Pengurus Wisma Nusantara Kairo Mahasiswa dari Piladang.
Hifzi, Pengurus Wisma Nusantara Kairo
Mahasiswa dari Piladang.
Pak Darlis dan sahabat-sahabat persku Hasril, Zaili, Eko di Sgl, MM, Padek dan Haluan Yth. Kepada salah seorang di antara sahabatku, kemarin saya berjanji untuk menulis terus dalam perjalanan ini. Seperti yang sudah saya tulis sebelum keberangkatan kemarin, (entah sudah bapak terima dan baca) dalam email, kami berangkat dari Padang Pukul 12.55 dengan Garuda GA 844. Setelah transit di PekanBaru kami sampai di Singapura pukul 16.15 waktu Singapuara.
Pukul 06.40 pagi ini (Kamis, 22/7/2004) saya Imnati dan Adam sampai di Bandara internasional Kairo. Ada sedikit perbedaan proses imigrasi. Di Singapura dan Bangkok pemeriksaan imigrasi dan barang dilakukan secara otomotis dengan kotak sinar X ketika masuk dan keluar. Ini sudah biasa di seluruh ariport di dunia.
Di sini, kotak Sinar X itu meskipun ada tidak terlalu diperlukan. Setelah ceking pasport dan slip kedatangan, oleh petugas di balik kaca lintas keluar imigrasi, kami di suruh mengunggu di satu sudut. Ternyata di beberapa kursi di sudut ruangan itu ada pula penumpang lain yang akan masuk ke Kairo. Rupanya bagi orang yang bukan warga Mesir sering atau memang seperti itu.
Terasa kepada saya seperti masuk kota Jeddah waktu musim haji saja. Sahabatku Haji Darlis, Kita kan pernah sama-sama naik haji tahun 1996 ? Kira-kira begitulah. Artinya ada petugas lain sesudah dari meja imigrasi yang bertugas membagikan passport yang sudah distamp itu.
Pada mulanya saya ragu. Jangan-jangan karena baru kali ini saya masuk Mesir, ada sedikit kesulitan. Tetapi ketika saya tanya kepada pengunjung Mesir yang lain yang duduk di sebelah saya tadi, yang juga mengalami hal yang sama, rupanya ini sudah hal biasa. Kata dia, sudah tiga kali masuk Mesir, dia mengalami hal seperti itu. Jadi tidak ada masalah samasekali.
Namun sebelum passport yang sudah distamp itu diberikan ke saya, hati saya agak ragu juga. Apalagi mahasiswa Minang yang menunggu saya di luar mengirim sms ke saya, apakah ada kesulitan ? Saya terangkan keadaan itu.Total waktu yang saya butuhkan satu setengah jam. Dan kira-kitra selama itu pulalah Abdul Baari, Hasnul Yakin, Syaiful, Arif Taufik, dan Sirajuudin, menunggu. Mereka adalah Ketua dan Wakil Ketua Kesepakatan Mahasiswa Minangkabau dan petugas KBRI Kairo.
Seperti yang telah saya terangkan, kedatangan saya ke sini atas undangan mereka. Bagi saya ini sangat menarik. Saya selalu berhubungan dengan mahasiswa-mahasiswa kita di luar negeri. Kemarin di Singapura saya memperkenalkan anak saya yang kuliah Ilmu Komunikasi Universita Islam Bandung kepada Ridha, putri Drs. Usman Alnas, MA, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang tempat saya menjadi salah seorang dosennya.
Bulqish sedang mengeksplorasi data dan resources serta informasi dan materi untuk menulis tesis, tugas akhirnya .
Hari ini Ridha, mahasiswa Universitas Nasional Singapura itu membawa Putri Bulqish ke Kampusnya. Kata Bulqish via sms tadi, kampus Ridha sangat moderen dan canggih.
Ridha adalah mahsiswi di univeristas bergengsi ini. Dan di Singapura juga ada kesatuan mahasiswa Minang. Bara Mamiya yang kuliah di Nan Yang University dan lain-lain adalah anggotanya. Mereka semua mendapat bea-siswa yang sangat memadai.
Eh, ternyata di Kairo, saya bertemu pula dengan adik kelas setahun di bawah Putri Bulqish yang sama-sama di Diniyah Putri Padang Panjang tiga tahun lalu. Yang terakhir ini bernama Kuntum, lengkapnya Kuntum Khaira Ummatin, mahasiswi jurusan Bahasa Arab di al-Azhar yang orang tuanya tinggal di daerah Tunggul Hitam Padang.
Ah, saya juga ingin mengatakan bahwa Arif Taufik yang tadi salah satu menjemput kami di Bandara adalah teman anak saya di Pesantren Darun Najah di Jakarta dan Cipining Bogor dulunya.
Iqbal, teman Arif itu kini sedang kuliah S2 jurusan studi hubungan internasional di UGM Yogyakarta.
Sampai di Wisma Nusantara Kairo saya bertemu dengan beberapa mahasiswa Minang dan Indonesia lainnya. Di antaranya yang akan banyak tempat saya bertanya sampai 26 Juli pagi nanti adalah Hifzi, mahasiswa jurusan Hadist dari Piladang, Kab. 50 Kota.
Ia sudah lebih 5 tahun di sini dan sebelumnya adalah tamatan Gontor Ponorogo. Sedangkan Hasnul, Abdul Baari dan lain-lain tadi, sebelumnya adalah tamatan MAN Program Khusus Koto Baru Padang Panjang.
Wisma Nusantara adalah sebuah gedung berlantai lima dengan masing-masing lantai ada tujuh ruang. Di antara 35 ruangan itu, di lantai dua, ada 7 kamar dijadikan kamar tempat menginap tamu warga Indonesia yang berkunjung ke Mesir. Hifzi, adalah salah seorang di antara 8 orang mahasiswa yang diangkat mengurus wisma ini.
Kata Hifzi, dulu wisma ini dibeli oleh ICMI. Ketika itu ICMI dipimpin Prof Dr. BJ Habibie pada th 1997 sewaktu Mantan Presiden RI 1998-1999 itu menjadi Menristek. Habibie, banyak meninggalkan kesan mendalam bagi mahasiswa Indonesia Mesir.
Di Gedung inilah sekarang dipusatkan berbagai kegiatan mahasiswa dan sekaligus menjadi kantor DPP Persatuan Pelajar dan Mahassiswa Indonesia Mesir sejak tahun 2001 lalu. Di lantai paling atas ada perpustakaan yang lumayan. Dan bagi mahasiswa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan ethnis, daerah dan provinsi, wisma nusantara pusat kegiatan yang sangat membantu untuk pengembangan diri dan komunitas.
Nanti malam, sesuai agenda yang KMM susun, kami akan makan malam di rumah Atase Pertahanan KBRI Kairo, Kolonel Laut Yuhastiar. Menurut info, beliau adalah teman Pak Wako Padang kita sekarang Drs. H. Fauzi Bahar, M.Si. Ketika kemarin saya terima telepon Pak Wako dengan temanya : “yang kujaga dan kubela” Kota Padang itu di Singapura, beliau membenarkan .
Susana nanti malam dan apa kesan dan pikiran saya akan saya tulis untuk besok. Oh, ya beda waktu antara Indonesia dan Mesir adalah 4 jam musim panas dan 5 jam untuk beda pada musim dingin. Sekarang adalah musim panas. Itu artinya ketika kami makan malam di rumah Pak Yuhastira pk. 20.00 malam ini, maka di Padang sudah pukul 12.00 tengah malam kepergantian hari 23 Juli. Sampai besok, sahabat-sahabatku. ***
Dari kiri ke kanan : Hifzi (Piladang), Burdadi (Bangka)
Abdul Baari (Ketua KMM dari Pariaman), Ahmad Hidayat (Malalo), Arif Taufik
(Lintau) Hasnul Yakin (Wakil Ketua KMM, Padang)
Comments