Penodaan Alqur’an Menyakitkan Muslim Amerika



Penodaan Alqur’an Menyakitkan Muslim Amer

KAKKRCHP·THURSDAY, NOVEMBER 5, 20151 Read


(Tulisan ini sudah dipublikasikan Koran Harian Singgalang, Mei 2005)






Harian Umum Independen SINGGALANG :

Penodaan Alqur’an Menyakitkan Muslim Amerika

Oleh Shofwan Karim (Ketua PWM Sumbar,International Visitor Leadership Progam, 2005)

Sejak 9 Mei lalu dunia heboh oleh kasus penghinaan al-Qur’an yang dimuat Newsweek. Demonstrasi terjadi di berbagai negara dunia, termasuk Indonesia. Bahkan sebuah Partai di Indonesia meminta SBY untuk meninjau kunjungannya ke Washington, DC pekan akhir Mei ini. Heboh soal ini menjadi isi yang hangat di semua media di sini bahkan CNN tiap jam menyiarkannya.


Meskipun Newsweek telah menarik berita itu dan pemerintah telah melakukan proses hukum terhadap pelaku, tetapi hal itu belum menyembuhkan kepedihan hati seluruh warga Amerika yang muslim. Hanya saja mereka sangat hati-hati didalam menanggapinya. Di Huntsville, Alabama, kemarin lalu di Masjid Tauhid kami melakukan diskusi tentang grassroots democracy. Tak ayal, meski tidak langsung terkait, ada pembicaraan ke sana. Sama dengan email Syamsi Ali dari New York yang dikutip berbagai miling list, di sini umat Islam cukup hati-hati juga.







Di kota berpenduduk 190 ribu orang ini, ada empat komunitas organisasi Muslim. Menurut Bobby Blockum, ada 4 masjid di kota ini. Secara filosofis, mereka terafiliasi kepada Sunni, Syi’i, W Deen Muhammad dan Louis Farakhan. Rubina Khan, aktivis Islamic Council Huntsville, mengajak umat Islam di Huntsville untuk melakukan aktivitas bersama yang lebih intensif lagi. Selama ini kita terlalu sibuk dengan komunitas masing-masing, katanya. Hal itu disambut Bobby yang memeluk Islam sejak usia 25 pada tahun 1969 .


Imam Masjid Tauhid ini sejak menyelesaikan Doktornya dalam Kimia di New York Univerity mengabdi sebagai dosen di Alabama A&M University, mempunyai laboratorium yang bersatu dengan Masjid Tauhid ini, 5 menit dengan mobil dari Kampusnya. Menurut Imam yang bernama Muslim Razi Hasan ini, kurangnya interaksi antara kelompok karena masing-masing sibuk dengan profesi masing-masing. Sisa waktu itu hanya terbagi kepada pembinaan komunitas sendiri.






Di Amerika, menurut Hasan, di antara 280 juta warga, sekitar 38 juta adalah berkulit hitam. Di sini kata berkulit hitam tidak populer. Diganti dengan sebutan African- American. Dari jumlah itu 5 juta pemeluk Islam. Selebihnya, di antara hampir 10 (sepuluh juta) umat Islam datang dari Arab, Indonesia, Pakistan, Malaysia, Indonesia, Cina dan lainnya. Kedatangan kami yang telah dibagi menjadi Tim Alabama dari 17 negara (17 orang) menjadi 5 orang, Indonesia, Kamerun, Uganda, Tanzania dan Pilipina telah mendapat sambutan hangat oleh berbagai komunitas di sini.


Kalangan Muslim menyambut dengan dua acara, makan malam dan diskusi bersama. Kalangan Kristen mengajak resepsi dan makan siang. Kalangan antar agama: Muslim, Kristen dan tokoh Dewan Kota melakukan diskusi dan makan malam bersama. Himpunan antar agama (Interfaith Mission Service) ini memperjuangkan kepentingan masing-masing agama kepada pemerintah.


Misalnya dulu ada aturan bahwa untuk foto di SIM (surat mengemudi) wanita Muslim tidak boleh pakai jilbab. Hal itu bersama mereka perjuangkan. Kini, wanita Muslim bebas, bukan saja untuk kantor, sekolah dan sebagainya, tetapi juga foto untuk SIM. Di tengah keluhan, juga ada kegembiraan. Bebas beragama dan melaksanakan ajarannya. *** shofwan.karim@hotmail.com

Comments

Popular posts from this blog

Islam di Minangkabau

Otonomi dan Perjuangan Pribumi Indian di Amerika

Sufyarma Sahabat Abadi: Ligat, Liek, Tegas dan Santun