Masjid Sentral Landmark Kota
Surat Shofwan
Karim dari London (8):
Masjid Sentral Landmark Kota
Sahabatku Bagindo H. Darlis, Cucu
Magek Dirih Sutan Zaili, Hasril Chaniago dan Eko Yance. Hari Jum’at (30/7) kami ke Masjid Sentral London
dan Pusat Kebudayaan Islam atau tertulis London Central Mosque and Islamic
Cultural Centre. Ini kali ketiga saya berkunjung ke masjid ini setelah Oktober
1994 dan September 1996.
Msjid ini dengan mudah dijumpai. Apalagi ada tertera di dalam peta kota
megapolitan London. Masjid ini menjadi salah satu landmark bagi kota ini. Masjid yang
terletak di sudut Regent Park itu tidak ada perubahan sejak sepuluh dan delapan
tahun lalu. Kecuali di sepanjang dinding dalamnya. Dulu di situ bersih.
Sekarang berjejer secara rapi lemari buku dan kitab. Dulu buku-buku itu
terletak di ruangan setelah pintu masuk. Kemudian di bagian yang tidak ada
lemari buku ada kursi berjejer dan ada yang disusun berlapis di atasnya.
Buku-buku itu tentu saja tidak untuk
pajangan. Saya lihat banyak jamaah yang membaca. Ada yang yang mengembangkan
Qur’an , ada pula buku lain. Kursi itu rupanya untuk duduk jamaah juga. Mereka
yang tidak bisa duduk di lantai. Mungkin karena rematik atau karena uzur
lainnya. Mereka menarik kursi itu dan
duduk di situ menghadap kiblat. Ada yang sholat duduk di kursi ada pula yang
membaca.Itu semua tidak saya lihat pada kunjungan saya terdahulu. Waktu itu,
ruangan dalam masjid memang bersih dan hanya ada jamaah yang khusuk dan hening.
Sekarang bahkan ada yang saya lihat tidur-tiduran ada yang benar-benar terbaring
nyenyak. Mungknkah karena perbedaan musim. Dulu saya ke sini di musim gugur dan
udara lebih dingin. Sekarang musim panas, agak gerah. Saya luput menanyakan hal
itu.
Ketika
tadi memasuki halaman depan, saya didatangi satpam dengan pakain uniform.
Namanya Ahmad. Katanya, untuk handycam dan kamera photografi, anda boleh shooting dan jepret di luar saja. Di dalam masjid, setelah
sholat, saya tidak tahan untuk menshooting dengan handycam. Baru saja beberapa
detik datang seseorang. Ia menegur dengan sopan. Alasannya ada orang yang tidak
suka kalau dirinya dijepret dan dishooting. Tentu saja saya patuhi. Tetapi saya
menahannya, jangan pergi dan mintanya duduk di samping saya.
Dengan nada suara yang lunak kami
berdisikusi singkat. Pertanyaan pendek pertama saya adalah tentang berdirinya
masjid ini. Menurut Murad, masjid ini berdiri awal tahun 1970-an. Saya heran,
mengapa Walikota London waktu itu mengizinkan tempat ibadah di lokasi yang amat
strategis ini. Tempat ini di
terletak di jantung kota London dan di sudut Regent Park yang amat luas itu.
Regent Park ini merupakan salah satu saja dengan
banyak taman yang tidak semuanya saya hafal. Saya hafal dua yang lain yaitu Green Park dan Hyde
Park.Untuk taman yang kedua tadi adalah lapangan luas tempat para warga Inggris
berpidato bebas memaki-maki pemerintahnya atau lembaga yang dia kritik
habis-habisan. Ditambah lagi baru-baru ini di seberang
tempat makian, menyeberang danau butan, dibangun Lady Diana Memorial Fountain. Di tengahnya ada air mancur yang mencurat.
Tak ada yang isitimewa pada yang terakhir inu.
Di Regent Park, ada taman bunga di dalamnya. Disitu juga ada
danau. Apa danau buatan atau asli, saya tidak tahu. Di
danau itu ada sampan-sampan untuk
dikayuh pengunjung dengan sewa 2 pound perjam. Burung unggas seperti itik dan
angsa agak lumayan jumlahnya. Tetapi tidak sebanyak yang saya lihat dulu.
Begitu pula di Trafalgar Square. Tidak
lagi dipenuhi ribuan merpati. Hal itu saya tanyakan ke Pak Eddy Pratomo.
Katanya sejak adanya ancaman flu burung, unggas itu sempat dihabiskan. Jadi
populasi yang sedikit sekarang itu, akibat
flu burung tadi.
Seperti umumya setiap taman di London, di bagian lain di dalam
Regent, ada taman bunga, ada taman tempat orang berjemur, tempat duduk-duduk. Di sayap lain taman Regent ini ada kebun binatang. Luar bisa luas
keseluruhan taman ini. Lebih dari itu, saya heran tidak
ada tempat ibadah lain yan menempel dengan taman itu. Meskipun ada jalan yang
membatasi sehingga Masjid tidak terletak di dalam taman.
Murad menjawab keheranan saya tadi. Rupanya ada konpensasinya. Pada
saat yang sama dulunya itu, pemerintah Republik Arab Mesir telah memberikan
pula lokasi untuk dibangun sebuah gereja
di tempat yang strategis di Cairo. Jadi
jangan disangka gratis dan penuh kerelaan, katanya. Lalu saya tanyakan pula
berapa jumlah Masjid di London sekarang.
Dia tidak bisa memberikan angka yang pasti. Ketika saya katakan
angka lima puluh, ia menggeleng. Lebih dari itu, katanya . Angka lima puluh ini
saya dapatkan dulu tahun 1994. Ketika itu saya berkunjung ke Muslim College
dipimpin Sheikh Dr. Zaki Badawi di bagian lain kota London. Menurut ketua
imam-imam masjid di london tersebut, waktu itu ada sekitar 50 masjid di kota
megapolitan ini.
Mengaku berasal dari salah satu
negara di Afrika, Murad mengatakan bahwa sekarang penganut Islam di Kerajaan
Inggris semakin banyak. Mungkin karena kedatangan para imigran dari
negeri-negeri muslim, kata saya. Tidak, kata pria yang sudah 16 tahun mukim di
sini tadi. Warga Inggris aslipun makin
banyak yang memeluk Islam, katanya.
Pernyataan Murad, pada waktu lain
dibenarkan oleh Pribadi Santoso, bagian penerangan KBRI. Di Inggris ada
3 sampai 5 orang pemeluk Islam baru setiap bulannya. Itu
bukan orang imigran tetapi orang kulit putih dan hitam yang tidak beragama atau bergama
lain sebelumnya, kata Pribadi. Tetapi Murad waktu itu melanjutkan. Keadaan itu
juga menimbulkan masalah. Di antaranya , masih ada warga lainnya di Inggris yang sangat tidak suka. Masih ada yang diskrimintif dan rasis atau
membeda-bedakan asal usul dan warna kulit. Walaupun secara resmi sikap itu sangat dilarang dan
bertentangan dengan konstitusi dan hukum . Bagaimana dengan hak mendapatkan pekerjaan ? Tanya
saya. Itu tidak dibedakan, tergantung kepada kemampuan
kita dan perosedurnya. ***
Comments