Masa Depan Demokrasi dan Gerakan Islam Nusantara
Surat Shofwan
Karim London-Kualalumpur (2) :
Masa Depan Demokrasi
dan Gerakan Islam Nusantara
Sahabat-sahabatku. Kami
seharusnya take off dari London Heathrow, Selasa, 3/8 pukul 3 petang waktu
setempat. Tetapi tertunda 3 jam di dalam perut pesawat Egypt Air karena hujan
lebat, petir dan halilintar. Belum pernah ada keadaan serupa dalam perjalanan kami sebelumnya. Tidak
mungkin penumpang kembali ke ruang transit Bandara. Kru pesawat mengumumkan hal itu dilakukan supaya kalau
cuaca baik, tidak akan tejadi penundaan lain. Karena bila keluar dan untuk
masuk masuk kembali perlu waktu 2 jam
untuk boarding ulang.
Waktu terbang London-Cairo atau sebaliknya adalah seperti
sebelumnya, 4 jam 55 menit. Kami sampai
di Cairo sudah pukul 12.25 tengah malam. Padahal baru terbang lanjutan besok 4/8, pukul 10 pagi. Artinya transit
lebih kurang 10 jam. Alhamdulillah perusahaan penerbangan Egypt menservis untuk hotel, jemput-antar dan
konsumsi. Berikutnya, penerbangan Cairo-Bangkok 9 jam. Hal yang sama juga dilakukan ketika kami
transit lebih kurang 8 jam di Bangkok dengan hotel, transport dan kumsumsi.
Yang terakhir ini agak mengcengangkan saya. Karena sambungan pagi 5/8
Bangkok-Singapura, yang akan kami tempuh
2 jam bukan lagi dengan
penerbangan Egypt Air, tetapi dengan Thailand Air atau TG.
Jadi, kerja sama semua penerbangan dengan Travel Agent Natrabu
Padang yang mengurus ticketing kami sangat baik. Padahal sebelumnya saya pernah membayangkan untuk terlunta-lunta. Keadaan yang
kadang-kadang dialami orang lain dari travel agen lain. Sesampai di
Singapura, 5/8 siang pukul 11.25 kami ingin langsung ke KL dengan penerbangan
ulang-alik dua ibu negara jiran itu. Tetapi harga tiketnya mahal. Maka dengan
menggunakan Bus dari Singapura, malam pk. 20 hari yang sama, kami sampai di terminal utama jalan darat Pudu
Raya, KL.
Jum’at 6-7/8 ada agenda di
negeri yang dianggap paling terkemuka di 57 negara anggota organisasi
konferensi Islam ini. Petang Jum’at itu, saya bertemu Saldi Isra, dosen muda
Fakultas Hukum Unand. Saldi kini intelektual Sumbar yang sudah kembang sayap
secara nasional. Ia akan menjadi pemakalah tentang sistem Pemilu
Indonesia. Tak lama kemudian kami duduk
semeja dengan Presiden PKS Indonesia Dr. Hidayat Nur Wahid, MA yang akan bicara
soal etika poltik.
Dengan berbisik-bisik dengan Ustazd Hidayat, saya dapat menerka
kemana arah PKS pada Pemilu Presiden putaran ke-2, 20 September ini di Indonesia Saya tanyakan
bagaimana terakhir situasi itu di
Indonesia setelah saya hampir tiga pekan tidak di Tanah Air. Lebih dari itu,
saya ingin mengatakan, Presiden PKS yang
masih relatif muda dan memiliki dua putra dan dua putri itu sangat dihormati di sini. Oh, ya. Saya ingin mengatakan pula Abdullah Hehamahuwa,
mangtan ketua PB HMI juga hadir bersama aktivis Muhammadiyah Aktivanus dari
Padang Panjang yang sudah mukim di negeri jiran ini.
Lainnya, bersama Ustazd Abdul Ghani Syamsuddin, Ketua Persatuan
Ulama Malaysia (PUM), duduk semeja dengan kami
ada seorang peneliti dari Singapura dan aktivis Islam dari Thailand. Ada
sekitar 150 orang peserta. Mereka,
selain dari Indonesia, Singapura, Thailand, dan tuan rumah Malaysia,
ada pula dari Pakistan, Kamboja, Berunai dan beberapa negara di rantau Asia.
Petang Jum’at 6/8 itu seminar dibuka
dengan jamuan makan malam bersama.
Seminar bertema utama , “Masa Depan
Demokrasi dan Gerakan Islam di Nusantara”. Lalu subtemanya adalah “Pemurnian Amalan Demokrasi
Pemangkin Perjuangan Umat
Serantau”. Pada sesi pertama
tampil wakil dari Partai Keadilan. Kemudian tampil Jamah Ishlah Malaysia (JIM). Ingat, akronimnya JIM bukan Islam tetapi Ishlah, artinya di sini
reformasi. Jadi tidak ada kaitan JIM ini dengan “JIM” lainnya. Apalagi dengan
tuduhan pihak tertentu terutama pihak Barat tentang “:JIM” lain tadi, dengan apa yang disebut terkait dengan
terorisme dan bom Bali atau Bom Mariot
dan sebagainya. ***
Comments