Shalat di Bandara International Hongkong (1)

 



Pengalaman Shalat di Bandara Internasional Hongkong

 by Shofwan Karim.

Hongkong, (Singgalang, 19/10/2008).

 

Selain di negara negara Islam atau mayoritas penduduk Muslim, fasilitas untuk menunaikan ibadah shalat tentulah menjadi  perhatian  musafir muslim.  Setiap waktu shalat datang, yang dicari adalah  tempat sujud ini. Pengalaman ini, penulis ulangi hari ini, Ahad, 19/10 pukul 16.00 (WK) di Hongkong  Terminal 1. Dengan isteri, kami celangak celenguk mencari kemungkinan tempat yg satu ini. Tiba-tiba Imnati, ibu 3 putra dan 1  putri saya menunjuk satu tanda orang duduk antara dua sujud. Benar saja, ketika kami buka pintu kaca di bawah tanda itu, rupanya seseorang shalat di dalam ruangan kira-kira 6 kali 5 meter itu.

Alhamdulillah, maksud sampai. Kami langsung masuk, berwuduk dan menggelar sajadah yang tersedia didalam sebuah lemari luks dan rapi di sudutnya. Di sudut lain ada tempat wuduk yg bersih dan kerannya otomatis mencurat, ketika tangan atau anggota wuduk yg lain didekatkan ke bawahnya. Kami menjadi makmum untuk shalat jamak qashar Zuhur n Asar kepada seorang lelaki.  Kemudian datang lagi seorang perempuan menjadi makmum lainnya. Dalam ramah tamah setelah salam, ternyata imam kami adalah Muhammad, mahasiswa Accounting Adelaide University Australia. Dia berasal dari Mekkah, Saudi Arabia.

Bandara Internasional Hongkong yg baru beberapa tahun di bangun cukup moderen  ini, rupanya telah didesain dan dibangun sedemikian rupa untuk mengakomodasi kepentingan ummat Islam yg keluar masuk Bandara ini.  Seingat penulis, selain di Bandara negeri Muslim, tidak banyak Bandara di dunia yg menyediakan fasiltas seperti ini. Pada tahun 1996, pengalaman penulis di Bandara Frankfurt, Jerman juga ada ruangan untuk menunaikan ibadah shalat ini. Tetapi di situ dipakai oleh semua agama. Di dalam ruangan kecil yg lebih sempit dari yg di Hongkong ini, waktu itu (1996) ada patung Budha, ada Patung Yesus dan Konghucu, serta sajadah shalat dan Alqur'an serta beberapa perlengkapan ibadah agama lain.

Di Bandara Hongkong, ruangan shalat ini tidak bercampur dg tempat ibadah agama lain yg dan tempatnya yg laim belum penulis temukan. Mungkin otoritas Bandara Hongkong mengambil pelajaran kepada negara Muslim yg menyediakan fasiltas seperti ini. Di negeri Muslim pun fasilitas semacam ini, seperti Indonesia tergolong baru. Seingat penulis, sejak zaman Pak Azwar Anas menjadi Menhub RI akhir  80-an barulah tempat ibadah ini disediakan.  Inilah agaknya  salah satu bentuk respon positif dunia internasional terutama otoritas Bandara memberikan apresiasi yg memadai kepada ummat Islam yg dalam bermacam kepentingan terbang dari satu tempat ke tempat lain baik lokal, nasional,   internasional dan interkontinental. Islam dan umat Muslim rupanya makin menikmati ibadahnya dg mudah. Hanya saja di Bandingkan dengan di Bandara Internasional Minangkabau, yg shalat di BI Hongkong memang tidak terlalu banyak, sehingga kebersihan dan kenyamanan lebih memadai dibandingkan di kampung kita ini.***

Comments

Popular posts from this blog

Islam di Minangkabau

Otonomi dan Perjuangan Pribumi Indian di Amerika