Singgah di Singgalang Jaya



Singgah di Singgalang Jaya Oleh Shofwan Karim





Singapore (25/05/2019). 
Isneli “Induak bareh” Hasymi dg putra bungsu Kholis sibuk melayani pembeli. Kedai menjual berbagai sandang dan asesoris serta pakaian tradisi muslim dan muslimah itu ramai pada suatu sore berebut senja. Kedai 2 petak, 2 pintu itu bertulis Singgalang Jaya. 

Keluarga "urang awak" ini meneruskan kedai Tradisional warisan ayah-ibu Isneli. Kedai di Baghdad Street itu adalah usaha pertama milik ayah Isneli sejak 60 th lalu.

Ayahnya, Baharuddin (1934-2016) meninggalkan Kapau, Bukittinggi pada usia muda akhir th 1950-an dan memulai hidup di Singapora. Isterinya،, Syafrida (1940-2010) setia mendampingi. 

Almarhum Baharuddin memasarkan hasil kerjanya membuat songkok atau peci hitam. Produk dan kerja itu diteruskan sampai sekarang oleh adik Isneli yg laki-laki. 



Isneli dg suaminya Hasymi waktu ini ditemani salah seorang anaknya, Khalis seperti di foto berikut.

Mereka tidak tinggal dikedai ini tetapi di kawasan Tampines, sesudah kawasan Bedok, Singapura. 

Meski sudah lahir dan menjadi warga Singapura di usia lebih setengah abad pasangan ini terus berhubungan dg Kapau, kampung halaman mereka. 

Paling mutakhir mereka pulang 2016. Di Kapau mereka masih mempunyai sanak famili. Suku ibunya Melayu. Suaminya Guci, juga org Kapau.





Ayah Isneli berasal dari Pandan Banyak. Sama dg ayah Hasymi, Ridwan Muluk. Ayah Hasymi ini Th 2010 wafat dan Ridwan, ayah Hasymi itu adalah Direktur Permusikan Kepolisian. Syafrida, Ibu Isneli dari Cingkaring, juga Kapau

Isneli (56) dan Hasymi (58) mempunyai 3 org anak, laki2, perempuan dan laki2. Mereka mempunyai 1 cucu dari anak tertua tadi. 

Pasangan suami-isteri ini dan anak-anak mereka belum terpikir utk menjadi WNI . Meski begitu, cintanya kepada Indonesia Tanah Air ayah, ibu dan nenek moyangnya, tak dapat diragukan. Kecintaan itu melekat padat ditambah pula banyak tokoh platinum Singapura berasal dari diaspora Minangkabau abad-abad sebulum ini.

Isneli sangat bangga kepada Encik Yusof Bin Ishak (1910-1970), Kepala Negara (Yang Dipertuan Negara Singapura) (1959) ketika Singapura diberi hak utk mengurus diri sendiri oleh Malaya. Kemudian Yusof menjadi Presiden pertama Singapura setelah deklarasi merdeka 9 Agustus 1965. 

Wajah Yusof abadi sampai sekarang di lembaran mata uang dollar Singapore pecahan 2, 5, 10, 50, 100, 1000 dan 10000. Yusof berayah Minangkabau dan beribu perempuan Melayu dari Perak.



Tokoh lain dari Minangkabau, Zubir Said (lahir 22 Juli 1907) di Bukittinggi (Fort de Kock) merantau ke negeri Melayu-Singapura 1928. Beliau pencipta lagu “Majulah Singapore” (1958). Lagu itu dikumandangkan pada deklarasi kemerdekaan Singapura 9 Agustus 1965. Lagu ini menjadi lagu Wajib nasional Singapura, di samping lagu kebangsaan Singapura yg sekarang (national anthem) We, the citizen of Singapore. 

Dari beberapa sumber, di sekitar Arab Street ini banyak diaspora Minang generasi awal berlabuh sampai keturunan berikutnya hingga kini. 

Orang Minang bangga dg para tokoh mereka yg berjasa dan menjadi founding fathers Singapura. *** Artikel ini diambil dari Harian Singgalang 14 Juni 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Islam di Minangkabau

Otonomi dan Perjuangan Pribumi Indian di Amerika

Sufyarma Sahabat Abadi: Ligat, Liek, Tegas dan Santun