ASEAN dan Kesiapan Pemuda Menghadapi MEA




ASEAN dan Kesiapan Pemuda Menghadapi MEA [1]



Oleh Shofwan Karim [2]




Abstract:
ASEAN (The Association of South East Asia Nations) was established in 1967 and has 3 pillars of the community. Political and security community, economic community and socio-cultural community. Then packed in a creed, One Vision, One Identity, One Community. In 2007, ASEAN plan and agreed to begin free trade Asean Economic Community (AEC) January 31, 2015. But due to some problems it was postponed to 31 December 2015. The Indonesian youth should be optimally prepared and take even create opportunities for good, progress and the common welfare. This exposure examines the opportunities and challenges for young people, both individually and institutionally youth organizations. The younger generation must be fully prepared in advance to engage in fierce competition ahead.
Keywords: ASEAN, MEA, Indonesian youth resources, opportunities and challenges.


Abstrak:
ASEAN (The Association of South East Asia Nations) berdiri 1967 dan memiliki 3 pilar komunitas. Komunitas politik dan keamanan, komunitas ekonomi dan komunitas sosial-budaya. Lalu dikemas dalam satu kredo, One Vision, One Identity, One Community. Pada 2007, ASEAN merencanakan dan menyepakati dimulai perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 31 Januari 2015. Akan tetapi karena beberapa kendala hal itu diundur menjadi 31 Desember 2015. Para pemuda Indonesia harus secara optimal menyiapkan diri dan mengambil bahkan menciptakan peluang untuk kebaikan, kemajuan dan kesejahteraan bersama. Pemaparan ini mengkaji peluang dan tantangan utama bagi pemuda, baik secara individual maupun secara kelembagaan organisasi kepemudaan. Pemuda mesti memersiapkan diri terlebih dulu untuk terjun dalam kompetisi yang sengit ke depan. Dengan begitu peluang dan tatangan itu mampu dijawab dengan baik dan produktif.
Kata Kunci: ASEAN, MEA, sumber daya pemuda Indonesia, peluang dan tantangan.

Anak muda Minang menampilkan seni tradisi di berbagai kota Italy beberapa waktu lalu.


I. PENDAHULUAN
The Association of South East Asian Nations (ASEAN) sejak berdiri 1967 mengalami perkembangan signifikan. Dari keanggotaan yang semula hanya 6 negara kini sudah bergabung seluruh 10 negara yang da di kawasan ini: Indonesia, Berunai, Singapura, Malaysia, Filpina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos dan Miyanmar. Jumlah penduduk total keseluruhan 10 negara itu lebih kurang perkiraan (2015) adalah 633 Juta jiwa.[3]

Lebih kurang 40 % (257 juta jiwa) merupakan rakyat dan bangsa Indonesia. Tahun depan yang sudah di bendul pintu ( kurang dari 2 bulan lagi), telah dinyatakan sebagai dimulainya tahun Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Yang paling ditonjolkan adalah dicanangkan perdagangan bebas masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Pada awalnya seharusnya pencanangan MEA itu  dimulai 31 Januari 2015. Akan tetapi karena beberapa sebab belum siap, maka ditunda menjadi 31 Desember 2015.[4]. 

Meskipun rancangan program, sosialisasi dan internalisasi MEA telah dan terus dilakukan oleh beberapa kalangan terutama himpunan ASEAN sendiri, namun aura dan sipongangnya, relatif masih kurang hangat dibandingkan pemberitaan lain di masing-masing negara ASEAN. Begitu pula, kelihatannya insiatif sosialisasi dan internalisasi MEA belum begitu hangat di Tanah Air. Boleh jadi suasana adem-ayem itu, termasuk Indonesia menganggap gagasan itu sebagai hal yang sudah jauh hari (2007) diputuskan oleh ASEAN. Atau mungkin dinginnya sambutan itu akhir-akhir ini, dikalahkan oleh isu lain. Barusan saja masyarakat kita dimabuk asap kebakaran hutan, kini mulai musim hujan bersiap terima banjir dan lonhgsor. Sebentar lagi Pilkada serentak 9 Desember beberapa pekan ke depan akan lebih meriah di media massa.

Terlepas dari itu semua, keputusan dimulainya MEA itu merupakan pernyataan kolektif dan kehendak bersama yang amat signifikan untuk masyarakat kawasan Asia Tenggara. Lebih-lebih bagi pemuda dan generasi muda secara umum hari ini yang akan menjadi pelaku dan pelaksana setiap gerak dan dinamika masyarakat kawasan, sekarang dan masa depan.

Oleh karena itu Seminar Nasional Kesiapan Pemuda Menghadapi MEA 2016 yang diselenggarakan PWPM dalam rangka Musywil bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Sumbar , Kayutanam, 14-15 November 2015 ini, amatlah tepat dan sangatlah penting. 

Dari tema Seminar itu, saya ingin membahas hal yang lebih nyata untuk memahami secara sungguh-sungguh, cerdas dan canggih, apa saja  peluang dan tantangan yang dihadapi. Lalu apa saja inisiatif  yang harus diambil pemuda secara individidual dan institusional, organisasi kepemudaan. 
Untuk itu perlu terlebih dulu ditinjau sekilas sejarah, visi dan misi ASEAN. Lalu sekuensi latar belakang ditetapkannya MEA menjadi 2015. Berikutnya potensi dan dinamika social budaya masyarakat Asean dan apa keunggulan Indonesia di dalam hal ini serta apa pula kelemahan Indonesia di dalam menghadapi kompetisi kawasan. Lalu, apa yang harus dilakukan generasi muda, terutama pemuda dan mahasiswa di dalam mengisi dan merebut kesempatan yang terbuka di dalam dinamika komunitas ASEAN ini.

Dengan begitu sistematika paparan ini adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Sejarah, visi dan misi ASEAN
3. Komunitas ASEAN 2015 (2016) dan tantangannya
4. Pemuda merebut peluang MEA
5. Kesimpulan dan penutup


II.SEJARAH, VISI DAN MISI ASEAN
Beberapa kajian merekonstruksi dan menafsirkan latar belakang lahirnya ASEAN (The Association of South East Asian Nations). Antara lain karena menjawab arus dinamika internal kawasan. Ada 6 Negara pada awalnya yang kalau tidak harmonis akan mengganggu hubungan baik  dan kedamaian kawasan. Sejalan dengan itu, kelahiran ASEAN merupakan upaya  untuk menjawab persoalan hubungan dan dinamika eskternal: APEC, East Asia, South Asia, MEE, EU dan asosiasi antar negara lainnya dalam dinamika dunia global. Oleh karena itu kelahiran ASEAN dapat dianggap sebagai  suatu kebutuhan dan keharusan.

ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok. Deklarasi pendirian ASEAN ditandatangani oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Deklarasi berdirinya ASEAN itu pada dasarnya adalah komitmen dan pernyataan untuk melakukan kerjasama untuk tujuan pertumbuhan ekonomi, kemajuan social, pembangunan kebudayaan dan menciptakan stabilitas dan perdamaian regional Asia Tenggara. 

Dari 6 negara pendiri tadi, menyusul bergabung Berunai Darussalam, 7 Januari 1984, Vietnam, 28 Juli 1995, Laos PDR dan Myanmar, 23 Juli 1997 serta Kamboja, 30 April 1999. Sekarang ASEAN mempunyai anggota 10 negara. [5] Ada permintaan Timor Leste sejak 2011 untuk bergabung dengan ASEAN. Namun baru Indonesia, Malaysia dan Filipina yang merespon positif yang lain pasif, karena itu masih tunggu waktu. [6]

Di antara tujuan berdirinya ASEAN adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memajukan serta membangun kehidupan sosial dan budaya di kawasan ini melalui usaha kerjasama dalam semangat kesetaraan dan kemitraan dalam hal memperkokoh fondasi dasar untuk kesejahteraan dan perdamaian komunitas bangsa-bangsa Asia Tenggara. Selanjutnya, bertujuan untuk meningkatkan dan mempromosikan stabilitas dan perdamaian regional melalui kepatuhan dan penghargaan yang tinggi kepada keadilan dan aturan hukum di dalam hubungan antar Negara di kawasan ini dan tunduk di bawah prinsip-prinsip Piagam PBB. [7]

ASEAN mempunyai kredo atau motto: One Vision, One Identity, One Community ( Satu Visi, Satu Identitas dan Satu Komunitas). Satu visi, yaitu terciptanya kawasan yang damai, stabil dan harmonis, dengan satu indentitas , satu dalam keberagaman (unity in diversity) namun menuju kesejahteraan bersama. Lalu satu komunitas, yaitu satu entitas Asia Tenggara yang saling bekerjsama dengan nilai budaya yang toleran, demokratis dan mempunyai nilai-nilai dan norma-norma Asia Tenggara yang padu dan kompak.

Untuk aktualisasi kredo itu maka dilakukan berbagai upaya yang komprehensif. Di antaranya melengkapinya dengan Piagam ASEAN yang diputuskan pada Pertemuan Pemimpin ASEAN November 2007 di Singapura. Isinya adalah hal-hal yang fundamental dan prinsipal tentang tujuan umum, khusus, struktur kerjasama ASEAN, kodifikasi norma-norma ASEAN, aturan dan nilai utama. Semuanya memberikan gambaran bahwa ASEAN memiliki “legal personality” yang memperjelas fungsi-fungsi serta menjabarlkan wilayah komptensi bagi kunci pokok kelembagaan ASEAN dan hubungannya antara satu dengan yang lain.

Selanjutnya dirumuskan hubungan eksternal ASEAN dengan asosiasi, institusi, organisasi internasional di luarnya di berbagai kawasan dan wilayah dunia. Baik ASEAN sebagai satu entitas maupun ASEAN dengan entitas persatuan regional lain. Sepereti ASEAN+1, +2, +3 dan seterusnya. Baik dengan Asosiasi di sekitarnya maupun kawasan lain, East East Asia, South Asia, APEC, ME, EU dll.


III. KOMUNITAS ASEAN 2015 (2016) DAN TANTANGANNYA 
Osborn & Neumeyer (dalam Taneko, 1984: 59) menyatakan bahwa komunitas adalah sekelompok orang dalam area yang berdampingan, mempunyai ketertarikan dan aktivitas yang sama. Komunitas erat kaitannya dengan sekelompok orang yang terlibat untuk mencapai keputusan bersama dan dapat mengubah situasi ekonomi, sosial, budaya atau lingkungan mereka. Komunitas pada dasarnya merupakan kumpulan orang-orang dengan visi yang sama berkumpul untuk berbagi dan saling memberikan arti.[8]

Perkembangan sosial media memungkinkan komunitas untuk mengajak lebih banyak orang terlibat, menggalang dukungan, mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dan menyebarkan lebih banyak gagasan dengan lebih cepat melalui hadirnya teknologi internet. [9]
Di dalam konteks regional, komunitas itu merupakan sekelompok Negara dengan seluruh apa yang di dalamnya, geografi, demografi dan potensi alamnya di dalam satu kawasan. Sementara itu, pada dasarnya apa yang dimaksud dengan Komunitas ASEAN 2015 seperti yang dikatakan Jauhari Oratmangun, waktu itu Dirjen ASEAN, sekarang Dubes RI, Moskow adalah :
sebuah komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli. Komunitas ASEAN ini dibentuk untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional. ASEAN menyadari sepenuhnya keperluan untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi permasalahan-permasalahan internal dan eksternal, meningkatkan solidaritas, kohesivitas dan efektifitas kerjasama. ASEAN sudah tidak lagi hanya terfokus pada kerjasama ekonomi, namun juga harus didukung dengan kerjasama lainnya di bidang politik keamanan dan sosial budaya. Untuk itulah maka pembentukan Komunitas ASEAN 2015 dilandasi oleh tiga pilar, yaitu ASEAN Political Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh ASEAN seiring dengan perkembangan yang pesat di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan bidang-bidang lainnya yang terjadi di luar kawasan. Karena itu ASEAN menyadari pentingnya upaya untuk lebih melibatkan masyarakat sehingga tumbuh ‘rasa memiliki kekitaan’ (we feeling) terhadap ASEAN. ASEAN harus memfokuskan dirinya untuk dapat menjalin meningkatkan kerjasama sehingga yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sebagai dengan menjadi organisasi yang bertumpu dan menjadi milik seluruh masyarakat ASEAN atau people-centered organization.” [10]

Pengukuhan dan Pelantikan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumbar, 10 April 2016 di Gedung Nasional Batusangkar 


Untuk mencapai visi ASEAN 2015, maka KTT ke-18 ASEAN, Jakarta, 8 Mei 2011 menghasilkan ASEAN Community Blueprint 2015 dalam 3 pilar utama. Ketiganya adalah pilar komunitas politik-keamanan, pilar komunitas ekonomi, dan pilar komunitas sosial budaya. [11] [7]
Segitiga pilar utama itu merupakan satu kesatuan yang utuh yang harus menjadi obsesi ASEAN untuk diwujudkan pada 2015 dan masa selanjutnya. Ketiga pilar utama itu kalau dirinci menjadi sebagai berikut.

Pertama, cetak-biru (blue-print) ASEAN Political-Security Community (APSC). Intinya bertujuan untuk meningkatkan terus menerus upaya menggesa warga dan Negara-negara anggota ASEAN hidup damai antara satu dengan lainnya di kawasan ini dan dengan dunia global secara keseluruhan, di dalam aura demokratis dan lingkungan yang harmonis. Maka untuk merealisasikan itu, diperlukan hal-hal antara lain, (a)komunitas berbasis aturan denagn berbagi nilai-nilai dan norma-norma; (b) Daya rekat yang kuat, suasana damai dan kawasan yang tangguh dengan berbagi tanggungjawab untuk keamanan yang komprehensif’;(c) wawasan luas keluar kawasan yang dinamis dalam satu penguatan integrasi dalam dunia yang saling memiliki ketergantungan yang positif dan optimis. [8] Di dalam implimentasi yang lebih konkret maka lahirlah inisiatif berikut. Zona bebas senjata nuklir dan penanggulangan teroris di kawasan Asia Tenggara. Deklarasi kawasan damai, bebas dan netral.Traktat persahabatan dan kerja sama Asia Tenggara. Komisi HAM antar pemerintah ASEAN. Deklarasi antara ASEAN dan RRT (Teritorial Laut China Selatan). [12]

Kedua, belue-print of ASEAN Economic Community (AEC). Pada dasarnya merupakan kerjasama regional dalam integrasi ekonomi yang menjadi bagian usaha dari Negara anggota untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan penciptaan lapangan kerja dan mengurangi angka kemiskinan warganya. Tujuannya adalah untuk mentransformasi stabilitas ASEAN lebih stabil, lebih makmur dalam kompetisi yang tinggi namun pembangunan eknomi yang lebih merata, mengurangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosio-ekonomi kawasan.
Secara spesifik hal itu didukung oleh 4 pilar utama: (1) satu pasar tunggal dan berbasis produksi; (2) satu regional ekonomi berkompetisi tinggi; (3) satu regional perkembangan dan pembangunan ekonomi yang lebih merata; (4) satu regional yang sepenuhnya terintegrasi ke dalam ekonomi global. 

Ketiga, blue-print of ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). Tujuannya adalah menjadi kontribusi untuk merealisasikan Komunitas ASEAN yang berorientasi kepada rakyat (warga) dan tanggungjawab social dengan satu pandangan untuk mewujudkan kokohnya solidaritas dan persatuan di antara semua warga (rakyat) pada semua Negara anggota ASEAN. Hal itu merupakan upaya untuk membentuk satu identitas umum dan membangun kepedulian dan masyakat yang saling berbagi dalam suatu aura yang inklusif untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran semua warga komunitas ASEAN.

Untuk mencapai maksud tersebut, maka ASCC akan mengimplementasikan segenap upaya kerjasama berbasis manusia dan ramah-lingkungan dalam syiar pembangunan berkelanjutan. Hal itu secara berbarengan juga merupakan kontribusi dalam memantapkan fondasi yang kokoh dalam saling pengertian, bertetangga baik dan berbagi rasa tanggungjawab dalam kebersamaan. ASCC menggambarkan karakteristik berikut: (1) pembangunan SDM; (2) kesejahteraan social dan proteksi; (3) keadilan social dan HAM; (4) memelihara lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; (5) membangun Identitas ASEAN; dan (6) mempersempit jurang-perbedaan pembangunan. [13] 

Secara teoritis kehendak 3 cetak biru itu, seakan memperlihatkan dan pada gilirannya memperlakukan bahwa semua negara ASEAN sudah merupakan satu komunitas yang masing-masing warga dengan kemampuan setara. Akan tetapi bila dilihat faktualnya, tidaklah demikian. Di sinilah letak peluang dan tantangan bagi setiap Negara anggota ASEAN. Sejalan dengan itu, di situlah letak peluang dan tantangan bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi pemuda atau generasi muda. 

Dari segi populasi, seperti telah diutarakan di atas, lebih sepertiga populasi ASEAN  adalah penduduk Indonsia. Negara terluas dari ASEAN adalah Indonesia. Tentu juga kekayaan alam, dapat diterka Indonesia jauh lebih kaya. Itu semua merupakan peluang bagi Indonesia untuk merebut keunggulan yang setara dengan Negara ASEAN lainnya. Bahkan seyogyanya melebihi. Namun, dalan beberapa sektor lainnya, Indonesia berada di papan bawah dari beberapa negara ASEAN lain. 
Misalnya ketimpangan di dalam daya saing dan kompetisi global. Ketimpangan potensi dan pemasaran serta kunjungan pariwisata. Perbedaan di dalam index kompetisi global dan begitu pula gap kualitas sumber daya manusia.


Pada Tabel di atas kelihatan bahwa di antara 10 Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke-4 (lk. 6,452 Juta orang ) setelah Malaysia ( 23,646 juta orang ) , Thailand (14,091 Juta orang ) dan Singapura ( 9, 681 Juta orang ) dalam angka arus penerimaan wisatawan pada tahun 2009. Bandingkan luas wilayah gerografi dan jumlah penduduk (demografi) Indonesia yang amat luas dan besar sekali.
Di dalam urutan Indeks Kompetisi Global, untuk Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi urut 5. Begitu pula pada HDI, Indonesia pada urutan posisi ke-6 di antara 10 Negara ASEAN.


IV. PEMUDA  MEREBUT PELUANG MEA 
Pada dasarnya peluang bagi pemuda untuk mengisi dan memajukan dinamika ASEAN ada pada ketiga pilar yang telah disebutkan. Yaitu peranan mengisi dinamika Komunitas ASEAN secara menyeluruh. Pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi untuk kesejahteraan dan pilar sosial budaya untuk tetap memelihara dan meningkatkan jati diri ASEAN di mana budayanya terutama budaya Timur dan Melayu Nusantara cukup dominan. Di dalam wacana ini, fokusnya adalah pilar kedua, yang menjadi tantangan, yaitu MEA. Sedangkan pilar pertama dan ketiga, berjalan sebagai air mengalir. 

Oleh karena itu, harus dilihat apa dan bagaimana status, posisi dan peran pemuda. Untuk itu perlu dilihat terlebih dulu apa yang menjadi strtegi Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan dan memmbin kepemudaan sejak masa kemerdekaan sampai dewasa ini. Melanjutkan pembangunan di bidang kepemudaan sebelumnya, kini ada Undang-undang No. 40 tentang Kepemudaan tahun 1999.[17]  Intinya yang disebut pemuda adalah mereka berusia muda antara 16 sampai dengan 30 tahun. Jumlah itu kini diperkirakan sudah hampir 75 Juta (Angka Tahun 2004, lihat Tabel 4). Pembangunan kepemudaan diarahkan kepada penciptaaan manusia bertakwa, demokratis, terampil, berilmu pengetahuan tinggi, cerdas dan berakhlak mulia.

Di antara komposisi umur penduduk di Indonesia, pemuda adalah komponen yang jumlahnya cukup tinggi (lagi, lihat Tabel 4) . Ada pernyataan bahwa, bila pemuda, mahasiswa dan sarjana Indonesia tidak mampu bersaing, maka siaplah untuk kalah. Namun, ada suara optimisme, bahwa kita mempunyai keunggulan lokal dan nasional di dalam konteks sosio-budaya, potensi jumlah (tadi), mobilitas sumber daya manusia terdidik, idealisme yang masih relative baik, berfikir multilateral dan moderat serta demokratis.[18] Dari beberapa dialog internasional, Indonesia dilihat sebagai potensi dunia yang amat kondusif ka 

Tabel 4 [19]

Secara individual dan isntitusional, Pemuda Indonesia dapat merespon MEA secara lebih positif. Antara lain jumlah yang tadi diutarakan sekitar 70 juta orang, berarti 17 kali penduduk Singapura dan 2 kali penduduk Malaysia,  hampir sama banyak dengan penduduk Thailand. Lalu lintas sosial-budaya, migrasi tenaga kerja antar negara ASEAN sudah pasti didominasi pemuda (sebutan senafas dengan wanita muda).

Menghadapi MEA 2015/2016, pemuda harus siap dengan diri yang terlatih, mengembangkan kemampuan diri dengan memanfaatkan perubahan luar biasa pos-modern yang kini mengalami revolusi ICT (Information Communication Technology) seperti internet yang kini masuk G5. Untuk itu pemuda tak punya waktu lagi banhyak bicara, tetapi dengan keras meningkaykan kapasitas diri (self capacity building). Pendidikan keterampilan di samping akademik, berbagai macam seminar, pelatihan, dan workshop. Menyerap banyak informasi global dan belajar hal-hal baru. Selain itu pemuda lebih fokus mengembangkan bidang keprofesian. Generasi muda harus menguasai betul bidang yang menjadi minatnya dalam dunia kerja.

Pemuda Indonesia juga perlu ditanamkan dan di kembangkan jiwa kewirausahaannya (Entrepeneur Skill), kewirausahaan teknologi (technopreneur) beersamaan dengan kerja untuk komunitas sebagai sociopreneur. Diharapkan dengan penanaman Entrepeneur Skill sejak dini, pemuda Indonesia mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi indonesia dimasa depan, terutama dalam menghadapi MEA 2015. Selain itu pemuda Indonesia Juga harus memiliki kreatifitas yang tinggi karena dunia kreatifitas sangat di perlukan untuk menyongsong MEA 2015, apalagi perdagangan bebas tidak dapat dihindarkan lagi. Bila pemuda masih berpangku tangan untuk tidak melakukan inovasi apalagi kreasi, otomatis masa depan bangsa ini akan semakin terkubur hidup-hidup oleh negara tetangga yang sudah siap secara ide, praktek bahkan materi. Upaya menghadapi MEA 2015 adalah agenda mendesak tak bisa ditunggu-tunggu lagi. 

Seperti telah disinggung terdahulu, MEA itu memiliki 4 pilar : (1) satu pasar tunggal dan berbasis produksi; (2) satu regional ekonomi berkompetisi tinggi; (3) satu regional perkembangan dan pembangunan ekonomi yang lebih merata; (4) satu regional yang sepenuhnya terintegrasi ke dalam ekonomi global. 

Dari 4 pilar itu, dapat dibuat asumsi bahwa apabila kita pelaku usaha, maka kita akan mendapatkan pesaing dari 9 negara lain, namun apabila kita konsumen maka kita akan terpuaskan dengan pilihan barang yang beragam dari 9 negara lain. Dengan terciptanya MEA inilah, pelaku usaha di Negara ASEAN mendapatkan tantangan baru untuk meningkatkan kualitas serta harga yang terjangkau sehingga dapat bersaing dengan produk Negara-negara ASEAN lainnya.  
Maka sebagai sebagai orang  muda tentu harus merebut dan memegang peran penting di MEA ini. Bagaimana caranya agar MEA ini menjadi sebuah peluang besar bagi Indonesia untuk memajukan bidang ekonomi, mengingat Indonesia menyumbang 40% dari total penduduk ASEAN, letak geografis, serta luas wilayah tentu akan sangat menguntungkan apabila dimanfaatkan dengan baik. Namun apabila diabaikan, Indonesia dengan adanya MEA ini akan terus menerus menkonsumsi, maka apa yang harus dilakukan? 

Pertama, tentu mengasah diri dengan kemampuan yang lebih baik dan memiliki daya saing, kedua mengurangi sifat konsumerisme, bangga terhadap produk sendiri dan yang terakhir adalah jadilah pelaku usaha. Agar dengan adanya MEA bukan hanya Sembilan Negara yang membanjiri pasar Indonesia, namun produk dari Indonesia pun dapat berjaya di kesembilan Negara tersebut. [20]


Sejalan dengan orientasi ekonomi, kesejahteraan dan kemapanan lahirih-fisik, tentu saja  segala kekayaan historis turun temurun oleh nenek moyang, kita sebagai generasi muda wajib melestarikan bahkan mengembangkannya hingga ke mancanegara, agar kebudayaan tersebut tetap eksis dan tidak mudah tergerus bahkan hilang dimakan zaman. Untuk itu upaya kita haruslah konsisten jika tidak, bisa saja warisan kebudayaan diakui dan direbut oleh negara lain. Beberapa warisan milik Indonesia mencakup, beragam tradisi, suku, bahasa, tarian, busana, rumah adat, lagu daerah, batik, logam perak, songket, blangkon, keris, wayang, cerita rakyat hingga aneka makanan dan masih banyak lainnya. Betapa kayanya kita akan semua ini, tapi masih banyak generasi muda yang acuh dan belum menyadarinya.[21] 
Sebagai yang sudah ketahui, banyak warisan sosio-kultural kita yang ternyata mempunyai kesamaan dengan Negara ASEAN lainnya. Meskipun kita merasa tidak nyaman, namun kuliner rendang sudah dipatenkan oleh Malaysia. Begitu pula Seni tari rakyat Reok Ponorogo ada pula di negeri seberang. Kerajinan Batik yang menjadi warisan kelasik Indonesia, ternyata juga ada di Malaysia dan Thailand.
Untuk itu semua generasi muda, pemuda dan mahasiswa Indonesia harus terus menerus mengingkatkan kemampuan, skill dan nalar intelektual serta ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dapat menjadi setara dan merebut keunggulan dalam komunitas ASEAN ini. Inti pokok SDM pemuda berdaya saing itu adalah memiliki hard skill (HS) dan soft skill (SS) . Yang pertama, merupakan kekuatan ketaqwaan dan nasioalisme-kebangsan dan ideologi Pancasila, kedua, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, serta  keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Sementara yang ketiga adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan kinerja secara optimal. Maka setiap pemuda harus mengukur dirinya. Apakah sudah menguasai HS yang canggih dan SS yang mumpuni?.

Setiap pribadi pemuda tidak punya pilihan lain, kecuali memupuk kemampuan kompetensi dan mengasah keterampilan dan kemahiran. Menguasai bahasa lingua-franca dunia untuk berkomunukasi intensif. Memupuk kemampuan dan ketahanan untuk bekerja keras, sungguh-sunguh dan disiplin. Lebih dari itu semua pemuda dan mahasiswa terus menerus menguasai dan memelihara serta meningkatkan kualitas kekayaan dan kahazanah loal dan nasional warisan masa lalu maupun kreatifitas baru produk daya cipta, karsa dan karya mereka sendiri yang kualititatif dan canggih.
Selain peningkatan kualitas diri, maka pemuda mestilah membangun kolaborasi dan jaringan kerjasama. Melakukan insiatif mencari hal-hal baru yang inovatif dan kreatif melalui jaringan kerjasama (net-working[NW]). Setiap negara ASEAN mempunyai program pembangunan kepemudaan yang ditopang oleh pemerintah, masyarakat,  mandiri, serta  di kalangan swasta, badan bisnis, indrustri dan institusi  lainnya. 


Pertukaran Pemuda membawa dampak signifikan terhadap NW pemuda dan masa depan mereka. Di dalam setiap agenda tadi komponennya tercakup pemahaman sosial-budaya, ekonomi, pemerintahan, politik,  dan kemananan. 
Organisasi kepemudaan ASEAN baik yang berafliasi ke pemerintah, lembaga lain dan mandiri cukup dapat diakses dan dieksplorasi via NW lokal, nasional dan regional Asia Tenggara. Perlu diketahui dan pertimbangkan, bahwa menurut tiga orang mahasiswa UI yang meneliti kesiapan pemuda ASEAN dengan sampel 5 negara: Berunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand, ternyata Thailand lebih siap. Alasannya pemuda Thailand lebih sadar dan waspada serta kuat peningkatan kapasitas diri menghadap MEA 2015/16 ini. Antara lain pemrintahnya lebih gencar mempromosikan MEA ini. [22]
Hasil riset cukup mengejutkan, mereka menemukan bahwa Thailand merupakan negara yang pemerintahnya paling gencar menginformasikan tentang MEA kepada penduduknya. Informasi tersebut ditampilkan secara rutin lewat pamflet dan poster di tempat-tempat umum dan sarana transportasi. Tidak hanya itu, MEA juga disampaikan melalui kurikulum pelajaran sekolah.
Dampaknya, para pemuda Thailand memiliki persepsi positif dan pengetahuan yang lebih baik tentang MEA dibanding dengan pemuda negara lain.”

V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Komunitas ASEAN 2015 sudah di depan pintu. Oleh pemimpin ASEAN, Komunitas ASEAN 2015 itu ditayangkan dalam satu panorama kehidupan rakyat, masyarakat dan komunitas ASEAN yang berhubungan dengan politik dan keamanan yang damai dan harmonis, pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan kehidupan social-budaya yang beragam tetapi menunjukan satu identitas ASEAN. Komunitas ASEAN hidup dalam satu entitas dalam toleransi serta nilai dan norma ketimuran berbasis Asia yang taat hukum, demokratis dan harmoni dengan lingkungan internal dan eksternal.

Peluang dan tantangan bagi generasi muda, pemuda dan mahasiswa, cukup kondusif untuk dijawab dan dieksplorasi untuk kejayaan masa sekarang dan masa depan ASEAN khususnya dan dunia global pada umumnya. Oleh karena itu perlu kereatifitas, inisitiatif, tingkatkan skill, illmu pengetahuan dan teknologi, daya saing, disiplin dan nilai menghargai prestasi dan kerja keras serta sungguh-sungguh. Memupuk dan mengembankan soft skill, merupakan satu kesatuan dengan kompetensi hard skill tersebut. Semua itu dalam kerangka menuju kepada komunitas ASEAN dalam satu visi, satu identitas dan satu komunitas.***
_______________________________________________________    
[1]Disampaikian pada Seminar Nasional Pimpinan Wilayah Pemuda Muhamammadiyah dalam rangka Musyawarah Wilayah di Kayutanam, 14-15 November 2015.
[2] Shofwan Karim, DR., M.A. (UIN Jakarta, 2008., 1991) dan (DRS., B.A., IAIN IB Padang, 1982., 1976) Dosen Perkembangan Moderen Dunia Islam IAIN Imam Bonjol Padang, sejak 1985; Komisaris PT Semen Padang, 2005-2015; Pejabat dan Rektor UMSB, 2001, 2004 dan Rektor, 2005-2013. Ketua PW Muhammadiyah Sumbar 2000-2005. Anggota DPRD Provinsi Sumbar (1992-1997) dan (1997-1999). Pengurus DPD KNPI Sumbar 4 periode dari 1982-1992, (2 Periode Departemen dan 2 Periode Wakil Ketua); Participant, Group Leader & Country Co-ordinator Indonesia-Canada Wolrd Youth Exchange Program, 1980-1985. Pserta SU PBB New York atas nama pemuda dunia 1984 dan atas nama Pemuda Indonesia 1988; Participan IVLP (International Visitor Leadership Program, Amerika 2005), Vice President of International Islamic Confederation of Labor (2005-2010) dan lain-lain. Lihat,
[5] ASEAN Community 2015. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2013. 
Akses, 11.11.2015. 
[7] Ibid.
Akses, 7.11.2015. Pk. 21.40.
[10] http://prasetya.ub.ac.id/berita/FIS.... Akses, 25.03.2014. Pk. 09.22
[11] Diterima sebagai hasil Pertemuan Pemimpin ASEAN ke-14, tahun 2009. Fact Sheet of ASEAN Political-Security Community. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2013.
[12] Diterima sebagai hasil Pertemuan Pemimpin ASEAN ke-13, tahun 2007. Fact Sheet ASEAN Economy Community (AEC). Jakarta: ASEAN Secretariat, 2013.
[13] Diterima sebagai hasil Pertemuan Pemimpin ASEAN ke-14, tahun 2009. Fact Sheet of ASEAN Socio-Cultural Community. Jakarta: AEEAN Secretariat, 2013.
[17]Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. 2. Kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita pemuda. 3. Pembangunan kepemudaan adalah proses memfasilitasi segala hal yang berkaitan dengan kepemudaan. 4. Pelayanan kepemudaan adalah penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda. 5. Penyadaran pemuda adalah kegiatan yang diarahkan untuk memahami dan menyikapi perubahan lingkungan. 6. Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. 7.Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan pemuda. 8.Pengembangan kewirausahaan pemuda adalahkegiatan mengembangkan potensi keterampilam dan kemandirian berusaha. 9. Pengembangankepeloporan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab tantangan, dan memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.10. Kemitraan adalah kerja sama untuk membangun potensi pemuda dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. 11. Organisasi kepemudaan adalah wadah pengembangan potensi pemuda. Lihat, http://kemenpora.go.id/pdf/UU%2040%20Tahun%202009.pdf. Akses, 113.11.2015 
[18] Diskusi Penulis dengan beberapa pihak antara lain Rita S Karakas, Presiden-CEO CWY di Montreal, Ottawa dan Toronto Desember 2013 dan Februari 2015. “…Beliau yang sudah 30 tahun bergerak di lapangan civil society sebelum di CWY, melihat bahwa generasi muda Indonesia cukup terdidik di tengah-tengah kemajuan negeri di Asia dan Afrika. Penduduk usia muda di Indonesia sangat besar dan sangat potensial.
Kelas menengah Indonesia yang semakin bertambah signifikan. Keamanan yang mantap. Ekonomi tumbuh amat signifkan dari GNI (Gross National Income) tahun 2002 yang baru 2590 sekarang menurut catatan Januari 2012 sudah mencapai 4530 US Dollar….
….”Energi sangat besar untuk mendorong progresifitas poros utama itu, merupakan suatu kemestian dan keniscayaan. Bagai mengulang romantisisme penulis kelasik mengatakan bahwa Indonesia alah negara archipelego (kepulauan) yang terletak antara dua samudra dan dua benua. Posisi silang yang amat strategis.”….

Note: Sumber tulisan lengkap dengan foto dan tabel serta flow chart klik link beerikut:

https://www.facebook.com/notes/shofwan-karim/asean-dan-kesiapan-pemuda-menghadapi-mea-1/10153702402278427



Comments

Popular posts from this blog

Islam di Minangkabau

Otonomi dan Perjuangan Pribumi Indian di Amerika