Komunitas Asean 2015: Dinamika Sosial-Budaya dan Penguatan Pemuda-Mahasiswa
Minggu,
13 April 2014
MENGHADAPI
ASEAN COMMUNITY
Menghadapi Komunitas ASEAN 2015:
Dinamika
Sosial-Budaya dan Penguatan Pemuda-Mahasiswa[1]
OLeh
Shofwan Karim[2]
(Disampaikan
pada Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah (LKMM-TM)
Universitas Bung Hatta 2014)
I.
PENDAHULUAN
Tahun
depan yang sudah di bendul pintu, telah dinyatakan sebagai dimulainya tahun
Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Yang paling ditonjolkan adalah dicanangkan
perdagangan bebas masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) mulai Januari 2015. (Akibat
belum siap, maka ditunda menjadi 31 Desember 2015, lihat: http://www.beritasatu.com/ekonomi/209714-ct-ungkap-3-strategi-indonesia-hadapi-mea-2015.html.
Akses, 26 September 2014) Akan tetapi
kelihatannya insiatif sosialisasi keputusan itu belum begitu hangat di Tanah Air. Boleh jadi suasana
adem-ayem itu karena Indonesia
menganggap gagasan itu sebagai hal yang sudah jauh hari (2007) dan akhir-akhir ini, masyarakat kita tengah dimabuk Pileg dan
Pilpres pada April dan Juli 2014 ini.
Pada
hal keputusan itu merupakan pernyataan kolektif dan kehendak bersama yang amat signifikan untuk masyarakat masa
depan kawasan ini, terutama bagi generasi muda hari ini yang akan menjadi
pelaku dan pelaksana setiap gerak dan dinamika masyarakat kawasan ini, sekarang
dan masa depan.
Oleh
karena itu inisiatif BEMM-UBH melaksanakan LKMM-TM Se-Sumatera dengan Tema, “Dinamika Sosial Dulu, Kini dan
akan Datang dalam Mempersiapkan Diri Menghadapi MEA 2015 “ adalah Tepat. Di dalam
agenda ini dilakukan Seminar Nasional dengan Tema, “Dinamika Sosial dan
Budaya di masa dahulu, kini, serta dimasa yang akan datang dalam rangka
mempersiapkan diri menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015”.
Dari
tema Seminar itu, saya ingin membahas hal yang lebih nyata di dalam konteks di
namika social-budaya di kalangan generasi muda, terutama pemuda dan mahasiswa
di Indonesia menghadapi tantangan dimulainya gerakan bebas lintas Negara ASEAN
dalam satu komunitas yang terdiri atas
10 negara regional ini. Maka judul yang saya ajukan adalah, “Menghadapi
Komunitas Asean 2015: Dinamika Sosial-Budaya dan Penguatan Pemuda-Mahasiswa”.
Untuk
itu perlu terlebih dulu ditinjau sekilas
sejarah, visi dan misi ASEAN. Lalu sekuensi latar belakang ditetapkannya MEA
menjadi 2015. Berikutnya potensi dan dinamika social budaya masyarakat Asean
dan apa keunggulan Indonesia di dalam hal ini serta apa pula kelemahan
Indonesia di dalam menghadapi kompetisi kawasan. Lalu, apa yang harus dilakukan
generasi muda, terutama pemuda dan mahasiswa di dalam mengisi dan merebut
kesempatan yang terbuka di dalam
dinamika komunitas ASEAN ini.
Dengan
begitu sistematika paparan ini adalah sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
II. SEJARAH, VISI DAN DAN MISI ASEAN
III. KOMUNITAS ASEAN 2015, PELUANG DAN TANTANGAN
IV. PEMUDA DAN MAHASISWA, MENGHADAPI KOMUNITAS
ASEAN 2015
V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
II.SEJARAH,
VISI DAN MISI ASEAN
Dapat
ditafsirkan bahwa lahirnya ASEAN (The Association of Sout East Asian Nations)
antara lain kaerena menjawab arus
dinamika internal kawasan. Ada 6 Negara pada awalnya yang kalau tidak
harmonis akan mengganggu keharmonisan dan kedamaian kawasan. Selanjutnya tentu
saja kelahiran ASEAN pula untuk menjawab persoalan hubungan dan Dinamika
eskternal: APEC, East Asia, South Asia, ME, EU dst. Oleh karena itu kelahiran
ASEAN adalah suatu kebutuhan
ASEAN
didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok. Deklarasi pendirian ASEAN
ditandatangani oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Deklarasi berdirinya ASEAN itu pada dasarnya adalah komitmen dan pernyataan
untuk melakukan kerjasama untuk tujuan pertumbuhan ekonomi, kemajuan social,
pembangunan kebudayaan dan menciptakan stabilitas dan perdamaian regional Asia
Tenggara. Dari 6 negara pendiri tadi, menyusul bergabung Berunai Darussalam, 7
Januari 1984, Vietnam, 28 Juli 1995, Lao PDR dan Myanmar, 23 Juli 1997 serta
Kamboja, 30 April 1999. Sekarang ASEAN mempunyai anggota 10 negara. [3]
Di
antara tujuan berdirinya ASEAN adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
memajukan dan membangun kehidupan social dan budaya di kawasan ini melalui
usaha kerjasama dalam semangat kesetaraan dan kemitraan dalam hal memperkokoh
fondasi dasar untuk kesejahteraan dan perdamaian komunitas bangsa-bangsa Asia
Tenggara. Selanjutnya, bertujuan untuk
meningkatkan dan mempromosikan stabilitas dan perdamaian regional melalui
kepatuhan dan penghargaan yang tinggi kepada keadilan dan aturan hukum di dalam
hubungan antar Negara di kawasan ini dan tunduk di bawah prinsip-prinsip
Piagam PBB. [4]
ASEAN
mempunyai kredo atau motto: One Vision, One Identity, One Community ( Satu
Visi, Satu Identitas dan Satu Komunitas). Satu visi, yaitu terciptanya kawasan
yang damai, stabil dan harmonis, dengan satu indentitas , satu dalam
keberagaman (unity in diversity) namun menuju kesejahteraan bersama. Lalu satu
komunitas, yaitu satu entitas Asia Tenggara yang saling bekerjsama dengan nilai
budaya yang toleran, demokratis dan mempunyai nilai-nilai dan norma-norma Asia
Tenggara yang padu dan kompak.
Untuk
aktualisasi kredo itu maka dilakukan
berbagai upaya yang komprehensif. Di antaranya melengkapinya dengan Piagam
ASEAN yang diputuskan pada Pertemuan Pemimpin ASEAN November 2007 di Singapura.
Isinya adalah hal-hal yang fundamental dan principal tentang tujuan umum,
khusus, struktur kerjasama ASEAN, kodifkasi norma-norma ASEAN, aturan dan nilai
utama. Semuanya memberikan gambaran bahwa ASEAN memiliki “legal personality”
yang memperjelas fungsi-fungsi serta
menjabarlkan wilayah komptensi bagi kunci pokok kelembagaan ASEAN dan
hubungannya antara satu dengan yang lain.
Selanjutnya
dirumuskan hubungan eksternal ASEAN dengan asosiasi, institusi, organisasi
internasional di luarnya di berbagai kawasan dan wilayah dunia. Baik ASEAN
sebagai satu entitas maupun ASEAN dengan entitas persatuan regional lain.
Sepereti ASEAN+1, +2, +3 dan seterusnya. Baik dengan Asosiasi di sekitarnhya
maupun kawasan lain, East East Asia, South Asia, APEC, ME, EU dll.
III.
KOMUNITAS ASEAN 2015, PELUANG DAN
TANTANGAN
Osborn
& Neumeyer (dalam Taneko, 1984: 59) menyatakan bahwa komunitas adalah
sekelompok orang dalam area yang berdampingan, mempunyai ketertarikan dan
aktivitas yang sama. Komunitas erat kaitannya dengan sekelompok orang yang
terlibat untuk mencapai keputusan bersama dan dapat mengubah situasi ekonomi,
sosial, budaya atau lingkungan mereka. Komunitas pada dasarnya merupakan
kumpulan orang-orang dengan visi yang sama
berkumpul untuk berbagi dan saling memberikan arti.
Perkembangan
sosial media memungkinkan komunitas untuk mengajak lebih banyak orang terlibat,
menggalang dukungan, mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dan menyebarkan
lebih banyak gagasan dengan lebih cepat melalui hadirnya teknologi internet.
[5]
Di
dalam konteks regional, komunitas itu merupakan sekelompok Negara dengan
seluruh apa yang di dalamnya, geografi, demokrafi dan potensi alamnya di
dalam satu kawasan. Sementara itu, pada
dasarnya apa yang dimaksud dengan Komunitas ASEAN 2015 seperti yang dikatakan
Jauhari Oratmangun, waktu itu Dirjen ASEAN, sekarang Dubes RI, Moskow adalah :
“sebuah komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam
lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan
yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli. Komunitas ASEAN ini dibentuk
untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi
politik internasional. ASEAN menyadari sepenuhnya keperluan untuk menyesuaikan
cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan internal dan eksternal, meningkatkan solidaritas,
kohesivitas dan efektifitas kerjasama. ASEAN sudah tidak lagi hanya terfokus
pada kerjasama ekonomi, namun juga harus didukung dengan kerjasama lainnya di
bidang politik keamanan dan sosial budaya. Untuk itulah maka pembentukan
Komunitas ASEAN 2015 dilandasi oleh tiga pilar, yaitu ASEAN Political Security
Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community. Banyak
tantangan yang harus dihadapi oleh ASEAN seiring dengan perkembangan yang pesat
di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan
bidang-bidang lainnya yang terjadi di luar kawasan. Karena itu ASEAN menyadari
pentingnya upaya untuk lebih melibatkan masyarakat sehingga tumbuh ‘rasa
memiliki kekitaan’ (we feeling) terhadap ASEAN. ASEAN harus memfokuskan dirinya
untuk dapat menjalin meningkatkan kerjasama sehingga yang dapat memberikan
manfaat langsung bagi masyarakat sebagai dengan menjadi organisasi yang
bertumpu dan menjadi milik seluruh masyarakat ASEAN atau people-centered
organization.” [6]
Untuk
mencapai visi ASEAN 2015, maka KTT ke-18 ASEAN, Jakarta, 8 Mei 2011 menghasilkan ASEAN Community Blueprint 2015
dalam 3 pilar utama. Ketiganya adalah pilar komunitas politik-keamanan, pilar
komunitas ekonomi, dan pilar komunitas sosial budaya.[7]
Segitiga
pilar utama itu merupakan satu kesatuan yang utuh yang harus menjadi obsesi
ASEAN untuk diwujudkan pada 2015 dan masa selanjutnya. Ketiga pilar utama itu
kalau dirinci akan menjadi sebagai berikut.
Pertama,
cetak-biru (blue-print) ASEAN Political-Security Community (APSC). Intinya
bertujuan untuk meningkatkan terus menerus upaya menggesa warga dan
Negara-negara anggota ASEAN hidup damai antara satu dengan lainnya di kawasan
ini dan dengan dunia global secara keseluruhan, di dalam aura demokratis dan
lingkungan yang harmonis. Maka untuk
merealisasikan itu, diperlukan hal-hal antara lain, (a)komunitas berbasis
aturan denagn berbagi nilai-nilai dan norma-norma; (b) Daya rekat yang kuat,
suasana damai dan kawasan yang tangguh dengan berbagi tanggungjawab untuk
keamanan yang komprehensif’;(c) wawasan luas keluar kawasan yang dinamis dalam
satu penguatan integrasi dalam dunia yang
saling memiliki ketergantungan yang positif dan optimis. [8] Di dalam implimentasi yang lebih konkret maka
lahirlah inisiatif berikut. Zona bebas senjata nuklir dan penanggulangan
teroris di kawasan Asia Tenggara. Deklarasi kawasan damai, bebas dan
netral.Traktat persahabatan dan kerja sama Asia Tenggara. Komisi HAM antar
pemerintah ASEAN. Deklarasi antara ASEAN dan RRT (Masalah teritori Laut China
Selatan). 5
Kedua,
belue-print of ASEAN Economic Community (AEC). Pada dasarnya merupakan
kerjasama regional dalam integrasi ekonomi yang menjadi bagian usaha dari
Negara anggota untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan penciptaan
lapangan kerja dan mengurangi angka kemiskinan warganya. Tujuannya adalah untuk mentransformasi
stabilitas ASEAN lebih stabil, lebih makmur dalam kompetisi yang tinggi namun pembangunan
eknomi yang lebih merata, mengurangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan
sosio-ekonomi kawasan.
Secara
spesifik hal itu didukung oleh 4 pilar utama: (1) satu pasar tunggal dan
berbasis produksi; (2) satu regional
ekonomi berkompetisi tinggi; (3) satu regional perkembangan dan pembangunan
ekonomi yang lebih merata; (4) satu regional yang sepenuhnya terintegrasi ke
dalam ekonomi global. [9]
Ketiga,
blue-print of ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). Tujuannya adalah menjadi
kontribusi untuk merealisasikan Komunitas ASEAN yang berorientasi kepada rakyat
(warga) dan tanggungjawab social dengan satu pandangan untuk mewujudkan
kokohnya solidaritas dan persatuan di antara semua warga (rakyat) pada semua
Negara anggota ASEAN. Hal itu merupakan upaya untuk membentuk satu identitas
umum dan membangun kepedulian dan masyakat yang saling bebagi dalam suatu aura
yang inklusif untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran semua warga komunitas
ASEAN.
Untuk
mencapai maksud tersebut, maka ASCC akan
mengimplementasikan segenap upaya kerjasama berbasis manusia dan
ramah-lingkungan dalam syiar pembangunan berkelanjutan. Hal itu secara
berbarengan juga merupakan kontribusi dalam memantapkan fondasi yang kokoh
dalam saling pengertian, bertetangga baik dan berbagi rasa tanggungjawab dalam
kebersamaan. ASCC menggambarkan karakteristik
berikut: (1) pembangunan SDM; (2) kesejahteraan social dan proteksi; (3)
keadilan social dan HAM; (4) memelihara lingkungan dan pembangunan berkelanjutan;
(5) membangun Identitas ASEAN; dan (6) mempersempit jurang-perbedaan
pembangunan. [10]
Secara
teoritis kehendak 3 cetak biru itu, seakan memperlihatkan dan pada gilirannya
memperlakukan bahwa semua negara ASEAN sudah merupakan satu komunitas yang
masing-masing warga dengan kemampuan setara. Akan tetapi bila dilihat faktualnya, tidaklah demikian. Di
sinilah letak peluang dan tantangan bagi setiap Negara anggota ASEAN.
Dari
segi populasi, ASEAN yang memiliki jumlah lebih kurang 600 juta, tebesar atau
240 juta adalah penduduk Indonsia. Negara terluas dari ASEAN adalah Indonessia.
Tentu juga kekayaan alam, dapat diterka Indonesia jauh lebih kaya. Itu semua
merupakan peluang bagi Indonesia untuk merebut keunggulan yang setara dengan
Negara ASEAN lainnya. Namun, kelihatan pula ada tantangan yang sangat kasat
data.
Misalnya
ketimpangan di dalam potensi dan pemasaran serta kunjungan pariwisata.
Perbedaan di dalam index kompetisi global dan begitu pula gap kualitas sumber
daya manusia.
Pada
diagram berikut kelihatan bahwa di antara 10 Negara ASEAN, Indonesia berada
pada posisi ke-4 (lk. 6 Juta orang )
setelah Malaysia (lk. 24 juta orang ) , Thailand (lk. 14 Juta orang
) dan Singapura (lk. 9 Juta orang )
dalam angka arus penerimaan wisatawan pada tahun 2009.
Di
dalam urutan Indeks Kompetisi Global, untuk Negara ASEAN, Indonesia berada pada
posisi urut 5. Begitu pula pada HDI, Indonesia pada urutan posisi ke-6 di
antara 10 Negara ASEAN.
IV.
PEMUDA DAN MAHASISWA, MENGHADAPI KOMUNITAS ASEAN 2015
Ada
pernyataan bahwa, bila pemuda, mahasiswa dan sarjana Indonesia tidak mampu
bersaing, maka siaplah untuk kalah. Namu, ada suara optimisme, bahwa kita
mempunyai keunggulan local dan nasional di dalam konteks sosio-budaya.
Dari
segala kekayaan historis turun temurun oleh nenek moyang, kita sebagai generasi
muda wajib melestarikan bahkan mengembangkannya hingga ke mancanegara, agar
kebudayaan tersebut tetap eksis dan tidak mudah tergerus bahkan hilang dimakan
zaman. Untuk itu upaya kita haruslah konsisten jika tidak, bisa saja warisan
kebudayaan diakui dan direbut oleh negara lain. Beberapa warisan milik
Indonesia mencakup, beragam tradisi, suku, bahasa, tarian, busana, rumah adat,
lagu daerah, batik, logam perak,
songket,
blangkon, keris, wayang, cerita rakyat hingga aneka makanan dan masih banyak
lainnya. Betapa kayanya kita akan semua ini, tapi masih banyak generasi muda
yang acuh dan belum menyadarinya. [11]
Sebagai
yang sudah ketahui, banyak warisan sosio-kultural kita yang ternyata mempunyai
kesamaan dengan Negara ASEAN lainnya. Meskipun kita merasa tidak nyaman, namun
kuliner rendang sudah dipatenkan oleh Malaysia. Begitu pula Seni tari rakyat
Reok Ponorogo ada pula di negeri
seberang. Kerajinan Batik yang menjadi warian kelasik Indonesia, ternyata juga
ada di Malaysia dan Thailand.
Untuk
itu semua generasi muda, pemuda dan mahasiswa Indonesia harus terus menerus
mengingkatkan kemampuan, skill dan nalar intelektual serta ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk dapat menjadi setara dan merebut keunggulan dalam komunitas ASEAN ini.
Maka
pemuda dan mahasiswa mestilah membangun kolaborasi dan jaringan kerjasama.
Melakukan insiatif mencari hal-hal baru yang innovative dan kreatif melalui
jaringan penelitian. Memupuk kemampuan komtesi dan mengasah keterampilan dan
kompetensi. Menguasai bahasa
lingua-franca dunia untuk berkomunukasi intensif. Memupuk kemampuan dan
ketahanan untuk bekerja keras, sungguuh-sunguh dan disiplin. Lebih dari itu
semua pemuda dan mahasiswa terus menerus menguasai dan memelihara serta
meningkatkan kualitas kekayaan dan kahazanah local dan nasional wafrisan masa
lalu maupun kreatifitas baru produk daya cipta, karsa dan karya mereka sendiri
yang baru.
V.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Komunitas
ASEAN 2015 sudah di depan pintu. Oleh pemimpin ASEAN, Komunitas ASEAN 2015 itu
ditayangkan dalam satu panorama kehidupan rakyat, masyarakat dan komunitas
ASEAN yang berhubungan dengan politik dan keamanan yang damai dan harmonis,
pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan kehidupan social-budaya yang beragam
tetapi menunjukan satu identitas ASEAN.
Komunitas ASEAN hidup dalam satu entitas
dalam toleransi serta nilai dan norma ketimuran berbasis Asia yang taat hukum,
demokratis dan harmoni dengan lingkungan internal dan eksternal.
Peluang
dan tantangan bagi generasi muda, pemuda dan mahasiswa, cukup kondusif untuk dijawab
dan dieksplorasi untuk kejayaan masa sekarang dan masa depan ASEAN khususnya
dan dunia global pada umumnya. Oleh karena itu perlu kereatifitas, inisitiatif,
tingkatkan skill, illmu pengetahuan dan teknologi, daya saing, disiplin dan
nilai menghargai prestasi dan kerja keras serta sungguh-sungguh. Semua itu
dalam kerangka menuju kepada komunitas ASEAN dalam satu visi, satu identitas
dan satu komunitas.***
[1]
Disampaikian pada Seminar Nasional LKMM-TM Se-Sumatera BEMM Universitas Bung
Hatta, Padang, 26 Maret 2014
[2] Shofwan Karim, DR., MA (UIN Jakarta, 2008.,
1991 dan DRS., BA., IAIN Padang, 1982.,
1976) adalah Dosen Senior Pengampu Mata
Kuliah Perkembangan Moderen Dunia Islam IAIN Imam Bonjol Padang, sejak 1985;
Komisaris PT Semen Padang, sejak 2005
dan Pejabat dan Rektor UMSB, 2001, 2004 dan
2005-2013. Klik,
http://www.shofwankarim.com/?page=biografi
[3]
ASEAN Community 2015. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2013.
[4]
Ibid
[5]
http://suzieitaco.wordpress.com/2013/08/18/komunitas-asean-2015-siapkah-kita/.
Akses, 23.03.2014. Pk. 15.04.
[6]
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/76-januari-2010/695-asean-community-2015-menuju-asean-baru-yang-integratif-dan-berwawasan-kedepan.html.
Akeses, 25.03.2014. Pk. 09.06.
[7]
http://prasetya.ub.ac.id/berita/FISIP-UB-Visi-ASEAN-Pasca-2015-5699-id.html.
Akses, 25.03.2014. Pk. 09.22.
[8]
Diterima sebagai hasil Pertemuan Pemimpin ASEAN ke-14, tahun 2009. Fact Sheet
of ASEAN Political-Security Community. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2013.
[9]
Diterima sebagai hasil Pertemuan Pemimpin ASEAN ke-13, tahun 2007. Fact Sheet
ASEAN Economy Community (AEC). Jakarta: ASEAN Secretariat, 2013.
[10] Diterima sebagai hasil Pertemuan Pemimpin
ASEAN ke-14, tahun 2009. Fact Sheet of ASEAN Socio-Cultural Community. Jakarta:
AEEAN Secretariat, 2013.
[11]http://nazanadia.tumblr.com/post/64127419734/jelang-komunitas-asean-2015-persiapan-generasi-muda.
Akses, 23.03.2014
Comments