Shofwan Karim, International Visitor Leadership Program (IVLP) Grassroots Democracy, 2005 in USA. Living in peace and harmony within diversity and multi cultural society.
Profil Jusuf Hamka Disebut Pilgub Jakarta: Pendidikan hingga Keluarga
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
Profil Bos Jalan Tol Jusuf Hamka yang Disebut akan Maju Pilgub Bersama Kaesang Pangarep: Dari Kiprah Pendidikan hingga Keluarga
Adil Al Hasan
Iklan
TEMPO.CO,Jakarta- Pengusaha Jusuf Hamka alias Babah Alun disebut akan maju dalam pemilihan gubernur atau Pilgub Jakarta pada November mendatang. Nama Jusuf Hamka mengapung setelah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengusulkan bosjalan tolitu agar mendampingi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep.
“Saya siapkan kader Partai Golkar yang sudah malang melintang di infrastruktur, yaitu Babah Alun (Jusuf Hamka),” kata Airlangga di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Golkar, Jakarta Barat, Kamis, 11 Juli 2024.
Airlangga, yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, itu menilai kemampuan Jusuf Hamka bisa membantu Kaesang mengentaskan kemacetan di Jakarta dan mengalahkan kota pesaingnya, Bangkok, Thailand. Alasannya, Jusuf telah mempunyai pengalaman dalam pembangunan infrastruktur jalan.
Menanggapi itu, Jusuf Hamka tak banyak bicara. Dia justru mengaku tak mengetahui dia dibahas dalam pertemuan elite Partai Golkar dengan PSI pada Kamis lalu. Namun, Jusuf Hamka tampak mendampingi Airlangga saat memberikan keterangan kepada awak media usai persamuhan itu. Dia juga tampak merespons panggilan Airlangga saat namanya disebut akan mendampingi Kaesang di Pilgub DKI.
"Saya cuma bisa bilang Innalillahi wainailaihi rojiun," kata Jusuf Hamka saat ditanya awak media apakah siap jika diajukan.
Profil Singkat
Jusuf Hamkaatau akrab disapa Babah Alun lahir di Samarinda pada 5 Desember 1957. Ia memiliki nama asli Joseph Alun dan menjadi pengusaha sukses di bidang pembangunan jalan bebas hambatan (tol).
Nama belakangnya ia peroleh karena diangkat menjadi anak oleh ulama besar Indonesia, yaitu Buya Hamka dan memutuskan masuk Islam (mualaf). Saat mualaf Jusuf Hamka pun langsung diangkat sebagai anak oleh Buya Hamka.
Selanjutnya: Jusuf Hamka, yang berasal dari keluarga Tionghoa berpendidikan tinggi....
Jusuf Hamka, yang berasal dari keluarga Tionghoa berpendidikan tinggi, mengalami masa kecil yang kaya pengalaman dan penuh prestasi. Jusuf Hamka lahir dari pasangan Joseph Suhaimi yang juga dikenal sebagai Jauw To Tjiang, seorang dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, dan ibunya, Suwanti Suhaimi, yang dikenal dengan nama Siaw Po Swan, seorang guru.
Jusuf Hamka mendapat julukan bos jalan tol karena kepemilikannya terhadap sejumlah ruas tol di Indonesia. Jalan bebas hambatan yang dimiliki Jusuf meliputi Tol Cawang-Tanjung Priok atau Tol Ir. Wiyoto Wiyono yang menerapkan sistem layang dengan teknikSosrobahu, Tol Soreang-Pasirkoja, Tol Depok-Antasari (Andara), dan Tol Waru-Juanda.
Dalam kiprahnya di pendidikan, Jusuf telah menempuh studi di beberapa kampus yang berbeda. Awalnya, ia mengejar gelar di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta pada 1974, sebelum melanjutkan studi kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti pada tahun yang sama.
Pada 1977, ia memperoleh gelar Administrasi Bisnis dari Columbia College dan pada 1980, ia menyelesaikan studi Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jayabaya.
Dilansir dari p2k.stekom.ac.id, Jusuf Hamka adalah seorangpengusahayang sangat sederhana, ia juga adalah pemilik PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP). Perusahaan tersebut ikut berperan dalam pembuatan Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok. Jusuf Hamka juga merupakan salah satu pengusaha terkaya di Indonesia dalam bisnis pada bidang jalan tol.
Jusuf Hamka juga memegang jabatan penting di beberapa perusahaan terkenal, seperti menjadi Komisaris Utama PT Mandara Permai, Komisaris PT Indosiar Visual Mandiri, dan masih banyak perusahaan ternama lainnya.
Jusuf Hamka, yang dikenal dengan nama Alun Josef, juga pendiri warung nasi kuning yang bertujuan membantu kaum duafa. Selain itu, ia juga mendirikan Masjid Babah Alun di bawah Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono,Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Surat Shofwan Karim dari Kario (2): Hidup dari Wisata Sejarah Sahabatku H Darlis, Hasril, Zaili dan Eko di Singgalang, Mimbar Minang, Padek dan Haluan. Kemarin agenda yang dibuat oleh KMM cukup padat. Disela-sela acara itulah surat ini dibuat. Pada surat kemarin, seakan-akan saya langsung akan menulis soal acara dengan Atase Pertahanan KBRI yang mengundang makan malam hari itu. Sayang rasanya cerita soal poerjalanan saya sesudah menulis surat kemarin itu dilampaui. Maka laporan saya tentang atase itu saya tulis dalam surat yang ketiga. Sementara yang kedua ini, saya akan cerita apa yang dilakukan sore hari kamis kemarin. Mobil KBRI yang disopiri Abdul Rahman, anggota KMM membawa kami ke Giza. Memang agak lelah, karena baru pagi harinya sampai dan beerapa saat istirahat langsung jalan. Wilayah di seberang Sungai Nil menjadi kunjungan utama wisatawan di Mesir. Bersama mahasiswa KMM Mesir, dengan latar belakang Ahram atau Piramid, Juli 2004 Di...
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh3blZjYgKoON-QGt07mdm2EwHP-Iv5cHnIgaYeqN0c-VfpIUCCqtXEBnKT9kByH7xJIyIVJAlEiRaL-ysuQ7SFrXExEKsvAyS1p-qfc5oKDYSgDW3Xk32Wvu03zenYBUbaFolxnJkXC1o55iDezzyUeH2vol9Jf5OPDXRaZLwkA17MwY_a3klkfA Qodari menceritakan alasannya mengajukan ide tiga periode beberapa tahun lalu. Ia mengatakan usulan tersebut dilontarkan untuk meredam polarisasi politik yang membelah masyarakat. "Teori saya adalah, (polarisasi) itu cuma bisa dicegah dengan cara paslon tunggal melawan kotak kosong," kata Qodari saat wawancara dengan Wahyu Muryadi atau Om Why dalam program 'Pergulatan Politik' (Gultik) yang diadakan Katadata.co.id seperti ditulis pada Sabtu (2/12). Qodari mengaku pesimistis kesepakatan antar elite bisa menyelesaikan polarisasi di tengah masyarakat. "Itu cuma bisa dicegah dengan cara paslon tunggal melawan kotak kosong," katanya. Alasan lainnya, Qodari menilai kesempatan yang diberikan kepada presiden untuk membangun Indonesia...
Harian Independen SINGGALANG (10): Otonomi dan Perjuangan Pribumi Indian Oleh Shofwan Karim, Ketua PWM Sumbar, International Visitor Leadership Program, 2005 Kanan ke kiri, Olga (Balaruz, Eropa Timur), Cathy (South Africa) Sabagala ( Uganda ), Shofwan (Indonesia), Gillbert Sanchechez, Indian Amerika, Theo (Kamerun), Denis (Kamerun), Khalid (Palestine). Franklin Quijano, (Filipina) tak kelihatan. (Photo: Franklin Quijano) . Kemarin, Kamis (19/5/2005) kami berkunjung ke Komunitas Indigenous (Pribumi) Indian Amerika di Pueblo. Komunitas berjarak 30 menit bermobil dari Santa Fe, ibukota New Mexico itu di hampari dataran tinggi gersang dengan flora seperti cemara yang tumbuh tidak merata. Komunitas berpenduduk pada awal abad ini (1904) hanya 92 orang itu kini sudah seribu orang. Pueblo mendapat otonomi khusus dari negara. Pemimpin tertinggi, secara bersama mereka pilih...
Comments