Shofwan Karim, International Visitor Leadership Program (IVLP) Grassroots Democracy, 2005 in USA. Living in peace and harmony within diversity and multi cultural society.
Surat Shofwan Karim dari Kario (2): Hidup dari Wisata Sejarah Sahabatku H Darlis, Hasril, Zaili dan Eko di Singgalang, Mimbar Minang, Padek dan Haluan. Kemarin agenda yang dibuat oleh KMM cukup padat. Disela-sela acara itulah surat ini dibuat. Pada surat kemarin, seakan-akan saya langsung akan menulis soal acara dengan Atase Pertahanan KBRI yang mengundang makan malam hari itu. Sayang rasanya cerita soal poerjalanan saya sesudah menulis surat kemarin itu dilampaui. Maka laporan saya tentang atase itu saya tulis dalam surat yang ketiga. Sementara yang kedua ini, saya akan cerita apa yang dilakukan sore hari kamis kemarin. Mobil KBRI yang disopiri Abdul Rahman, anggota KMM membawa kami ke Giza. Memang agak lelah, karena baru pagi harinya sampai dan beerapa saat istirahat langsung jalan. Wilayah di seberang Sungai Nil menjadi kunjungan utama wisatawan di Mesir. Bersama mahasiswa KMM Mesir, dengan latar belakang Ahram atau Piramid, Juli 2004 Di...
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh3blZjYgKoON-QGt07mdm2EwHP-Iv5cHnIgaYeqN0c-VfpIUCCqtXEBnKT9kByH7xJIyIVJAlEiRaL-ysuQ7SFrXExEKsvAyS1p-qfc5oKDYSgDW3Xk32Wvu03zenYBUbaFolxnJkXC1o55iDezzyUeH2vol9Jf5OPDXRaZLwkA17MwY_a3klkfA Qodari menceritakan alasannya mengajukan ide tiga periode beberapa tahun lalu. Ia mengatakan usulan tersebut dilontarkan untuk meredam polarisasi politik yang membelah masyarakat. "Teori saya adalah, (polarisasi) itu cuma bisa dicegah dengan cara paslon tunggal melawan kotak kosong," kata Qodari saat wawancara dengan Wahyu Muryadi atau Om Why dalam program 'Pergulatan Politik' (Gultik) yang diadakan Katadata.co.id seperti ditulis pada Sabtu (2/12). Qodari mengaku pesimistis kesepakatan antar elite bisa menyelesaikan polarisasi di tengah masyarakat. "Itu cuma bisa dicegah dengan cara paslon tunggal melawan kotak kosong," katanya. Alasan lainnya, Qodari menilai kesempatan yang diberikan kepada presiden untuk membangun Indonesia...
Harian Independen SINGGALANG (10): Otonomi dan Perjuangan Pribumi Indian Oleh Shofwan Karim, Ketua PWM Sumbar, International Visitor Leadership Program, 2005 Kanan ke kiri, Olga (Balaruz, Eropa Timur), Cathy (South Africa) Sabagala ( Uganda ), Shofwan (Indonesia), Gillbert Sanchechez, Indian Amerika, Theo (Kamerun), Denis (Kamerun), Khalid (Palestine). Franklin Quijano, (Filipina) tak kelihatan. (Photo: Franklin Quijano) . Kemarin, Kamis (19/5/2005) kami berkunjung ke Komunitas Indigenous (Pribumi) Indian Amerika di Pueblo. Komunitas berjarak 30 menit bermobil dari Santa Fe, ibukota New Mexico itu di hampari dataran tinggi gersang dengan flora seperti cemara yang tumbuh tidak merata. Komunitas berpenduduk pada awal abad ini (1904) hanya 92 orang itu kini sudah seribu orang. Pueblo mendapat otonomi khusus dari negara. Pemimpin tertinggi, secara bersama mereka pilih...
Comments