Catatan dari Vietnam (5) : Perantau Minang Generasi ke-4

Catatan dari Vietnam (5) :

Perantau Minang Generasi ke-4


Oleh Shofwan Karim

Diujung horison, di bawah kaki langit, generasi Minang berlari mengejar harapan. Sulaiman (60 th), satu di antaranya. Suami dari Maryam ini, mempunyai 10 orang Saudara. Dengan Maryam,  dia  mempunyai 10 orang putra-putri pula.

Yang lain adalah Indra (35 th). Seorang ibu, mempunyai 2 putra dan 2 putri. Hidup dinegeri yang jauh. Indra kawin dengan Muhammad Ali atau nama Vietnam-nya Ho Math Aly, asli warga Vietnam. Mereka bertemu di Yogyakarta ketika kuliah di UGM, 14 tahun lalu.

Sulaiman dan Indra adalah contoh, diaspora urang awak yang menjelajahi kulit bumi sejak berabad-abad lalu. Mereka mewakili pula diaspora bangsa Indonesia.

Menurut catatan Kongres Diaspora (istilah diaspora sekarang diganti dengan warga, keturunan dan masyarakat Indonesia yang berada di berbagai negara di dunia. Ini kata Albusyra Basnur, Direktur Diplomasi Publik, Kemenlu, 1 Desember 2016 pada Rakor LHKI PP Muhmmadiyah di Jakarta) pertama Indonesia di Los Angeles 2012, ada sekitar 6,1juta WNI yang bertebaran resmi di seluruh dunia. Angka itu belum dihitung mereka yang sudah menjadi warga negara di mana mereka tinggal, anak cucu dan keturunannya. Atau mereka yang tidak lagi berpaspor Indonesia.

Bagaimana dengan urang awak?. Perdefinisi, urang awak atau orang Minangkabau, adalah bertalian dengan dan berhubungan darah dari kedua belah pihak ayah dan ibu atau perpihak ayah atau ibu saja, menurut garis keturunan ke atas dan ke bawah.

Oleh karena itu, kata Minangkabau di sini tidak saja mengacu kepada mereka yang tinggal di wilayah administratif Sumatera Barat sekarang, tetapi ada di semua provinsi di Indonesia. Lebih dari itu mereka bertebaran di seluruh dunia. Walaupun dalam kajian klasik, secara historis-kultural, kultur  Minangkabau  mengacu kepada wilayah tengah Sumatera dan Negeri Sembilan Malaysia.

Akan tetapi sekarang wilayah itu sudah menjadi alam global. Keturunan Minang bertali-darah berlapis-lapis ke bawah dan ke atas, ada di mana-mana.

Cu Chi Tunnel

Berjarak sekitar lebih seratus meter dari diorama dan rekonstruksi ulang benteng bawah tanah pejuang Vietnam melawan Amerika 1968-1975, ada restoran halal. Mereknya Shamsudin.

Ini satu-satunya restoran terdekat di luar kompleks Cu Chin Tunnel, terowongan bawah tanah benteng grilyawan Vietnam yang dijadikan pusat wisata mempertontonkan ulang heroik dan mental baja pahlawan perang Vietnam.

Menurut Wikipedia, Perang Vietnam, juga disebut Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Blok Timur Komunis dan Blok Barat Liberalis.



Sebelumnya ada Perang Indochina Pertama, Vietnam melawan sekutu dan Perancis, 1946-1954.  

Pada perang Indochina II tadi, dua kubu yang saling berperang adalah RepublikVietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara).

Waktu itu aliansi multi nasional itu adalah AmerikaSerikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina. Mwreka bersekutu dengan Vietnam Selatan. Sedangkan Uni Soviet dan Tiongkok mendukungVietnam Utara yang berideologi komunis.

Jumlah korban yang meninggal diperkirakan lebih dari 280.000 jiwa di pihak Vietnam Selatan dan lebih dari 1.000.000 jiwa di pihak Vietnam Utara. Sejalan dengan itu, karena Komunis yang menang, maka kawasan Indo China termasuk Kamboja danLaos, berada di bawah kekuasaan Komunis itu.

Kelihatannya, sampai hari ini, Vietnam, Kamboja dan Laos, berusaha menjadi sub-entitas sendiri di dalam blok ASEAN. Di dalam kunjungan Sekjen Partai Vietnam (di dalam tulisan media di sini, tidak disebut Komunis) Nguyen Phu Thong, sepakat dengan Presiden Russia, Putin memperomosikan kerjasama komprehensif di dalam pertemuan  di Sochi, pesta olahraga musim dingin 25/11/14 kemarin.

Begitupula Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Tan Dung di dalam Summit ke-8 diVientiane, Laos dalam hari yang sama (25/11/14), memperkuat segi-tiga CLV (Cambodia,Laos, Vietnam) untuk kerjasama pembangunan transportasi, pariwisata danpertanian. Begitu diaporkan Koran The Saigon Times (26/11).

Di Cu Chi, jaringan terowongan bawah tanah yang berputar dan tak beraturan terdiri atas tiga lapis. Paling atas,  dekat permukaan tanah untuk perang, di bawahnya untuk logistik, bengkel dan pembuatan perakitan senjata dan supply perang, pusat kesehatan dan di bawahnya lagi tingkat ke-3 paling bawah untuk perlindungan keluarga. Sambungan terowongan itu bila disatukan menjadi 250 km panjangnya.

Dr. Basiron, menantu H Sulaiman, Cu Chi , Ho Chi Minh City, Vietnam. Kami bertemu pada Intenatonal Conference on Islamic Unity for Progressive Muslim, 30 Nov-2 Des 2016 di Jakarta.

Generasike-empat


Kembalike Shamsudin, nama itu diberikan oleh Sulaiman kepada salah seorang cucunya yang lahir dua tahun lalu, sekaligus peresmian pembukaan binis kedai makan halal ini.

Sulaiman bercerita, bahwa dia adalah generasi ke-4 dari tiga generasi di atasnya yang keturunan Minangkabau. Kakek-neneknya lebih satu abad lalu,   merantau ke Malaysia, terus generasi berikutnya ke Thailand, generasi berikutny lagi ke Kamboja dan generasi ayahnya ke Vietnam.

Diatidak ingat dari daerah mana di Minangkabau kakek-buyutnya itu berasal. Pokoknya dari cerita turun temurun, moyangya dari Minangkabau. Sebagai salahseorang dari 10 bersaudara, Sulaiman yang menikahi Maryam sejak hampir 4 dekade lalu, sudah berbisnis kedai makan ini.

Di Ho Chi Minh City, kota utama dan terbesar di bagian selatan Vietnam ini, Sulaiman dan Mariam sudah memulai bisnis rumah makan halal ini. Akan tetapikedai, usaha pertamanya itu sudah dilego dan diganti dengan pembukaan kedaimakan halal baru di berbagai tempat di luar kota termasuk yang sekarang di Cu Chi ini.



Lahan seluas 2 ribu meter persegi panjang, dengan bangunan yang cukup luas ini, menghabiskan dana seakitar 8 milyar Vietnam Dong atau lebih kurang setara 4 milyar Indonesia Rupiah.

Disini ada semua keperluan publik untuk istirahat. Selain sajian makanan halal ada mushalla yang bersih dan air serta listrik yang cukup. Tampaknya Vietnamyang baru bangun dari konflik berkepanjangan sejak awal sampai akhir abad lalu, kini memiliki infra struktur, supra struktur dan sarana yang memadai.

Jalan raya ke luar dan antar kota dan listrik, kata mereka yang bekerja di Pabrik Semen Indonesia Thang Long Semen di wilayah Pusat Perindustrian Ho Chi Minh, jarang sekali mati.Sekali dalam sebulan pun, jarang terjadi kasus listrik padam. Begitu juga sarana air. Mereka tidak mengeluh sama sekali.

Arah jarum jam: Hj. Maryam, Hj Sulaiman, SK dan Math Aly



Selain Sulaiman, ada lagi Indra. Seorang perempuan yang disebut di awal tulisan ini.  Indra mengaku keturunan Pagaruyung 3 generasi di atasnya. Padahal dia lahir diMakassar, Sulsel. 

Hanya Ali satu-satunya yang muslim di keluarga suaminya itu. Ia  sangat khawatir dengan 4 orang buah hati dan kasih sayang mereka.  Hidup di lingkungan masyarakat yang mengidolakan komunis, amat mengkhawatirkannya. Ia cepat-cepat ingin menyekolahk ananak-anak nanti di Indonesia.  Rabu kemarin ia libur  mengajar  rutin sekali seminggu  pengajian 20 orang ibu-ibu muslimah di Ho Chi Minh City.

Perempuan berjilbab ini mengajar bahasa Indonesia kepada anak dan remaja Vietnam. Suaminya Ali adalah karyawan Semen Indonesia TLLC dan mempunyai usaha sampingan, Muslim Travel Agency. Indra, isteri Ali itu sempat  berbincang pendek di sela taaruf dan silaturrahim kami.
Kita di sini berjuang habis-habisanmempertahankan akidah dari komunis dan dari misionaris agama lain yang sangatagresif”, tutup Indra.***(Habis)



  





 











Comments

Popular posts from this blog

Otonomi dan Perjuangan Pribumi Indian di Amerika

Cerita Di Balik Munculnya Usulan Jokowi Tiga Periode

Sufyarma Sahabat Abadi: Ligat, Liek, Tegas dan Santun