Posts

Showing posts from 2006

Etika Agama dan Pariwisata

Image
Etika Agama Dalam Pembangunan Pariwisata Oleh Shofwan Karim  Abstract: Islamic religion has covered complete system of theology, ritualistic, ethic and social affairs. Islamic ethic could become and have a high role in the development of tourism. Without Islamic ethic, tourism will faraway or contradictory to Indonesian nation and state’s pilosophy what so called five prinsiple of Pancasila . Kata kunci : Islam, etika dan pariwisata. I. Pendahuluan Agama sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat (Mu’in, 1986:121) . Agama sebagai yang dipahami secara umum adalah ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul (Nasution, 1979: 10). Islam adalah agama wahyu yang disebut al-Din. Ia mencakup tatanan semua kehidupan manusia melingkupi aspek akidah (teologi), ibadah (ritual), akhlak (etika) dan muámal...

Cita-cita Politik dan Pluralitas Mohammad Natsir

Oleh Shofwan Karim Sejak zaman kelasik sampai era moderen, pemikiran Islam tentang kenegaraan secara teoretis, menurut Munawir Sjadzali (1990) terpilah kepada tiga aliran. Pertama, Islam bukanlah semata-mata agama dalam pengertian Barat, hanya menyangkut hubungan antara manusia dan Tuhan, lebih dari itu Islam adalah suatu agama yang sempurna dan lengkap yang menyangkut segala aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan bernegara. Menurut aliran ini Islam mengandung sistem yang lengkap termasuk sistem kenegaraan dan politik. Oleh karenanya dalam bernegara umat Islam hendaklah kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam, tidak perlu mengikuti sistem ketatanegaraan Barat. Sistem ketatanegaraan atau politik Islam yang harus diteladani adalah apa yang dilaksanakan oleh Nabi Muhmmad dan empat Kulafa al-Rasyidin. Mereka yang berpendapat seperti ini adalah Al-Mawardi (975-1058), Ibnu Taimiyah (1263-1328), Rasyid Ridha (1865-1935), Hasan al-Bana (1906-1949) serta Abul A'la Al-Maududi (1903...

WCRP VI Riva del Garda Italia 1994

Image
Pemimpin Agama Mesti Kekang Kekuatan Negatif  Riva del Garda, Minggu, Mdk/Ant. Mantan Perdana Menteri (PM) Jepang, Yasuhiro Nakasone mengingatkan para pemimpin umat beragama membantu mengekang kekuatan negatif yang dapat menghancurkan keharmonisan umat sedunia dengan menggunakan elemen- elemen positif yaang masih dimiliki umat beragama. Berbicara dalam Sidaang Umum ke VI World Conferention Religion and Peace (WCRP) di Riva del Garda, Verona, Italia, para pemimpin WCRP, sebuah organisasi beranggotan umat beragama dari seluruh dunia dan bertujuan memelihara perdamaian dunia hendaknya memperhatikan beberapa hal. Hal-hal itu di antaranya sdalah pentingnya mengetahui adanya perbedaan perbedaan dan keanekaragaman pola hidup manusia, kerjasama antara institusi dan menyediakan media komunikasi antarnegara dan wilayah. Selain itu perlu diperhatikan juga masalah supranisaionalitas, yang harus dipromosikan melalui memperkuat fungsi PBB, sebagai salah satu lembaga dunia bersifat unik....

Indonesia: Pluralism and the Fatwa Against Pluralism

Image
Indonesia: Pluralism and the Fatwa Against Pluralism By Diana L. Eck I spent ten days in late August in Indonesia at the invitation of the U.S. State Department, giving lectures and participating in public forums in connection with the translation of A New Religious America into Indonesian (Amerika Baru Yang Religius, published by Pustaka Sinar Harapan). My visit came at a time of intense public discussion of pluralism in Indonesia and as Director of the Pluralism Project it was a wonderful opportunity both to participate in the discussion and to learn about the shape of these issues in another multireligious democracy. In late July, the Ulama Council (Majelis Ulama Indonesia, MUI) issued a fatwa denouncing pluralism, secularism, liberal forms of Islam, along with interfaith marriage and interfaith prayer. Yet in mid-August, Indonesia celebrated sixty years of independence as what many would call a pluralist, multireligious, multicultural state. While Indonesia is often referred ...

Pluralitas Sosio-kultural

Image
Pluralitas Sosio-kultural Oleh Shofwan Karim  I. Pendahuluan Masyarakat majemuk atau masyarakat plural dapat dipahami sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok dan strata sosial, ekonomi, suku, bahasa, budaya dan agama. Di dalam masyarakat plural, setiap orang dapat bergabung dengan kelompok yang ada, tanpa adanya rintangan-rintangan yang sistemik yang mengakibatkan terhalangnya hak untuk berkelompok atau bergabung dengan kelompok tertentu (Asykuri, dkk., 2002:107) Pluralitas baru bermakna positif bila ada interaksi dan relasi saling percaya antara sesama (social-trust) . Hal itu merupakan prasyarat untuk terciptanya masyarakat yang beradab dan bermartabat . Yaitu masyarakat yang memiliki moral, akhlak, etika, budi luhur, santun, sabar dan arif, menghormati hak asasi, menghormati diri sendiri dan orang lain, bangsa sendiri dan bangsa lain, suku dan kelompok sendiri dan suku serta kelompok lain. Dengan begitu upaya untuk mencapai kualitas h...